Tuesday, December 27, 2011

Agar Pintar Bersyukur Ketahui Caranya

Posted by Tia Roozanty at 6:07 AM
Rasulullah Sholallahu'alaihi wa Sallam bersabda:

"Adakah aku tidak senang untuk menjadi seorang hamba yang banyak bersyukurnya?"
(Muttafaq 'alaih)

Betapa besarnya kewajiban setiap manusia, yang di dalamnya termasuk pula Nabi Muhammad s.a.w. untuk meMaha Agungkan, meMaha Besarkan kepadaNya serta senantiasa mensyukuri kenikmatan-kenikmatanNya. Karena bagaimanapun juga besar dan tingginya nilai apa yang diamalkannya, masih belum memadai sekiranya dibandingkan dengan kenikmatan yang dilimpahkan oleh Nya kepada manusia tersebut.

Maka dari itu hak-hak Allah yang wajib kita penuhi sebagai imbalan karuniaNya itu, masih belum sesuai dengan amalan baik yang kita lakukan, sekalipun dalam anggapan kita sudah amat banyak sekali. Jadi lemahlah kita untuk mengimbanginya dan itulah sebabnya, maka memerlukan adanya pengampunan sekalipun tiada dosa yang dilakukan sebagaimana halnya Rasulullah Muhammad serta sekalian para nabiNya 'alaihimus shalatu wassalam.

Menyambung entri blog saya sebelumnya tentang bersyukur, saya ingin membagi ilmu tentang bagaimana cara bersyukur. Karena segala sesuatu yang jika kita tahu caranya akan lebih mudah menjalankannya. Termasuk dalam hal ibadah.

Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa cara bersyukur kepada ALLAH SWT terdiri dari empat komponen.

1. Syukur dengan Hati

Syukur dengan hati dilakukan dengan menyadari sepenuhnya bahwa nikmat yang kita peroleh, baik besar, kecil, banyak maupun sedikit semata-mata karena anugerah dan kemurahan Allaah. Allaah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,


"Dan Apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allaah-lah (datangnya), dan apabila kamu ditimpa kemudharatan, maka hanya kepada Nya-lah kamu meminta pertolongan."
(QS. An-Nahl : 53)

Syukur dengan hati dapat mengantar seseorang untuk menerima anugerah dengan penuh kerelaan tanpa menggerutu dan keberatan, betapa pun kecilnya nikmat tersebut. Syukur ini akan melahirkan betapa besarnya kemurahan dan kasih sayang Allaah sehingga terucap kalimat TSANA' (pujian) kepada-Nya.

2. Syukur dengan Lisan

Ketika hati seseorang sangat yakin bahwa segala nikmat yang ia peroleh bersumber dari Allaah, spontan ia akan mengucapkan "Alhamdulillah" (segala puji bagi Allaah). Karenanya, apabila ia memperoleh nikmat dari seseorang, lisannya tetap memuji Allaah. Sebab ia yakin dan sadar bahwa orang tersebut hanyalah perantara yang Allaah kehendaki untuk "menyampaikan" nikmat itu kepadanya.

Al pada kalimat Alhamdulillah berfungsi sebagai ISTIGHRAQ yang mengandung arti keseluruhan. Sehingga kata alhamdulillah mengandung arti bahwa yang paling berhak menerima pujian adalah Allah SWT, bahkan seluruh pujian harus tertuju dan bermuara kepada-Nya.

Oleh karena itu, kita harus mengembalikan segala pujian kepada Allaah. Pada saat kita memuji seseorang karena kebaikannya, hakikat pujian tersebut harus ditujukan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Sebab, Allah adalah Pemilik Segala Kebaikan.

Dalam sebuah hadis, Rasulullah bersabda,

"Barangsiapa mengucapkan subhana Allah, maka baginya 10 kebaikan. Barangsiapa membaca la ilaha illa Allah, maka baginya 20 kebaikan. Dan, barangsiapa membaca alhamdu li Allah, maka baginya 30 kebaikan."

3. Syukur dengan Perbuatan

Syukur dengan perbuatan biasanya dilakukan anggota tubuh. Tubuh yang diberikan Allah kepada manusia sebaiknya dipergunakan untuk hal-hal yang positif. Menurut Imam al-Ghazali, ada tujuh anggota tubuh yang harus dimaksimalkan untuk bersyukur. Antara lain, mata, telinga, lidah, tangan, perut, kemaluan, dan kaki. Seluruh anggota ini diciptakan Allah sebagai nikmat-Nya untuk kita. Lidah, misalnya, hanya untuk mengeluarkan kata-kata yang baik, berzikir, dan mengungkapkan nikmat yang kita rasakan.

Syukur dengan perbuatan mengandung arti juga bahwa segala nikmat dan kebaikan yang kita terima harus dipergunakan di jalan yang diridhoi-Nya. Misalnya untuk beribadah kepada Allaah, membantu orang lain dari kesulitan, dan perbuatan baik lainnya. Nikmat Allaah harus kita pergunakan secara proporsional dan tidak berlebihan untuk berbuat kebaikan.

Rasulullah saw menjelaskan bahwa Allaah sangat senang melihat nikmat yang diberikan kepada hamba-Nya itu dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Rasulullah saw bersabda,

"Sesungguhnya Allaah senang melihat atsar (bekas/wujud) nikmat-Nya pada hamba-Nya."
{HR. Tirmidzi dari Abdullah bin Amr}

Maksud dari hadits di atas adalah bahwa Allaah menyukai hamba yang menampakkan dan mengakui segala nikmat yang dianugerahkan kepadanya.

Misalnya, orang yang kaya hendaknya menampakkan hartanya untuk zakat, sedekah dan sejenisnya. Orang yang berilmu menampakkan ilmunya dengan mengajarkannya kepada sesama manusia, memberi nasihat dsb. Maksud menampakkan di sini bukanlah pamer, namun sebagai wujud syukur yang didasaari karena-NYA. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,


"Dan terhadap nikmat Tuhanmu, hendaklah engkau nyatakan (dengan bersyukur)."
(QS. Adh-Dhuha : 11)

4. Menjaga Nikmat dari Kerusakan

Ketika nikmat dan karunia didapatkan, cobalah untuk dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Setelah itu, usahakan untuk menjaga nikmat itu dari kerusakan. Misalnya, ketika kita dianugerahi nikmat kesehatan, kewajiban kita adalah menjaga tubuh untuk tetap sehat dan bugar agar terhindar dari sakit.

Demikian pula dengan halnya dengan nikmat iman dan Islam. Kita wajib menjaganya dari "kepunahan" yang disebabkan pengingkaran, pemurtadan dan lemahnya iman. Untuk itu, kita harus senantiasa memupuk iman dan Islam kita dengan sholat, membaca Al-Qur'an, menghadiri majelis-majelis taklim, berdzikir dan berdoa. Kita pun harus membentengi diri dari perbuatan yang merusak iman seperti munafik, ingkar dan kemungkaran. Intinya setiap nikmat yang Allaah berikan harus dijaga dengan sebaik-baiknya.

Allah Subhanahu wa Ta'ala menjanjikan akan menambah nikmat jika kita pandai bersyukur, seperti pada firmannya berikut ini,


"Dan (ingatlah juga) tatkala Tuhanmu memaklumkan:
Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-KU), sungguh adzab-KU sangat pedih."
(QS. Ibrahim: 7)


Tambahan, bersyukur dan berterima kasih bukan hanya kepada Allaah, tetapi kepada orang tua dan orang yang memberi sesuatu kepada kita. Jadi memang bersyukur adalah suatu bentuk kesopanan, sopan terhadap Allah yang Maha Pemberi, sopan kepada kedua orang tua dan sopan kepada orang lain.

Allaah Ta'ala berfirman,

"Dan Kami - Allah - berwasiat kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orangtuanya. Ibunya telah mengandungnya dengan menderita kelemahan di atas kelemahan - yakni terus -menerus - dan ceraian susuannya dalam dua tahun. Hendaknya engkau bersyukur kepadaKu dan kepada kedua orangtuamu."
(Luqman: 14)

Dan dalam sebuah Hadis lain di sebutkan:

"Tidak bersyukur kepada Allah orang yang enggan bersyukur kepada sesama manusia"

Semoga dengan mengetahui cara bersyukur membuat kita lebih mudah mengungkapkan rasa syukur kita pada Allah Subhanahu wa Ta'ala, dan terhindar dari kufur nikmat.

Wallahu a'lam






Sumber :
• http://dheryudi.wordpress.com/2009/10/12/cara-bersyukur-kepada-allah-swt/

0 comments:

Post a Comment

 

My story Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review