Showing posts with label Cerita Kalbu. Show all posts
Showing posts with label Cerita Kalbu. Show all posts

Wednesday, February 3, 2016

Doa Adalah Obat

Posted by Tia Roozanty at 7:48 PM 0 comments



DOA ADALAH OBAT

Pernahkah kamu memiliki pengalaman ketika membawa anak, orang tua, atau saudara periksa ke dokter lantas belum minum obat dari dokter setelah pulang periksa pasien yang kita antar sudah merasa lebih baik walau belum minum obat? 

Ya, ternyata penyembuhan penyakit itu terbukti tidak melulu hanya ditentukan dengan obat minum atau suntik. Banyak faktor lain yang dapat mendukung upaya penyembuhan seseorang. 

Beberapa faktor penting diantaranya menurut kami adalah sebagai berikut:

1. Sugesti: seorang pasien harus memiliki sugesti untuk sembuh. Tanamkan dalam pikiran bahwa yakin dokter yang memeriksa kita dan obat yang diberikan dapat membantu upaya penyembuhan dengan baik. 

2. Keyakinan: saya pasti sembuh! Kita harus punya keyakinan bisa melawan penyakit yang bersarang dalam tubuh. Dengan keyakinan kita akan mempunyai semangat dalam menjalani pengobatan sehingga tidak cepat menyerah dan bosan menjalani pengobatan. 

3. Dorongan Keluarga: jangan biarkan mereka sendiri melawan penyakit. Berikan motivasi dan dampingi dlm menjalani terapi. Dukungan dari keluarga sangat berarti, perhatian sekecil apapun akan semakin menguatkan mereka yang sedang sakit. 

4. Doa: kekuatan doa sungguh sangat luar biasa. Tidak ada doa yg tdk dikabulkan jika kita mau terus meminta pada Tuhan, apa lagi doa orang-orang yang sedang terbaring lemah karena  sakit. 

Sekali lagi obat suntik, kapsul, puyer, sirup, itu hanyalah salah satu bagian kecil dari penyembuhan sebuah penyakit namun ada bagian2 lain yg tak kalah penting bagi upaya penyembuhan penyakit yg diderita seseorang yaitu kekuatan sugesti dan doa.


Sumber : @konsuldokter

Saturday, July 7, 2012

Bila Hati Resah Gelisah

Posted by Tia Roozanty at 7:39 AM 1 comments

Bila hati terasa resah gelisah dan gundah gulana
bahkan duka nestapa
Silakan periksa......

Siapa/apa yang mendominasi hati ini

Semakin kuat harap atau takut kepada makhluk, atau
semakin suka/cinta kepada makhluk/benda.
Sehingga mendominasi hati dan pikiran, maka itulah
penyebabnya.

Tak selayaknya.....
Makhluk dan benda yang tak daya dan upaya jadi sandaran ataupun ditakuti, karena segala Kekuasaan dan Ketentuan hanya milik Allah Subhanahu Wa Ta'ala semata.

Segera kembalikan kepada Yang Maha Kuasa atas
segalanya.
Semakin cepat dikembalikan, semakin dipasrahkan,
semakin yakin akan segala kesempurnaan takdirNYA.
Niscaya hati akan jadi lega, nyaman, mantap
mengarungi episode apapun.

Allah Maha Tau isi hati kita......
Bila hati ini dipenuhi oleh selainNya, Dia tak akan suka.

Bila hati ini dipenuhi olehNya
Segala urusan kita menjadi tanggunganNya.

Niscaya akan mendapatkan sebaik-baik takdir yang
memuaskan dunia akhirat kita..... InsyaAllah




Sumber : Status temen FB

Sunday, June 10, 2012

Cara Menauhidkan Hati

Posted by Tia Roozanty at 6:18 AM 2 comments
Melanjutkan pokok bahasan posting yang sebelumnya. Setelah mengenal serta mengetahui makna kalimat tauhid, diri ini pun bertanya-tanya. Lantas bagaimana menauhidkan hati ini, sehingga perbuatan terlandasi oleh kalimat tauhid. Mungkin syarat-syarat kalimat tauhid dapat dijadikan cara untuk menauhidkan hati. Yuukk dicoba :)

Para ulama telah menyebutkan bahwa makna "Laa Ilaaha Illallah" ini mengandung beberapa syarat yang jika tidak terpenuhi maka dia tidak akan sempurna.

Berikut ini syarat-syarat kalimat "Laa Ilaaha Illallah" sebagai cara menauhidkan hati :

1. Memahami maknanya, maksudnya dan apa-apa yang dilarangnya serta apa-apa yang menjadi tuntutannya.

"Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Hak melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tinggalmu."

(QS. Muhammad : 19)

Pada riwayat Muslim di dalam kitab shahihnya dari Utsman radhiallahu anhu bahwa Nabi Muhammad shalallahu'alaihi wa Sallam bersabda:

"Barangsiapa yang mati dan dia mengetahui bahwa tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebanarnya kecuali Allah maka dia pasti masuk surga"

Dan banyak manusia yang mengucapkannya dengan lisannya semata namun dia tidak mengetaui apaun dari artinya, oleh karena itulah mereka terjebak di dalam kesyirikan.

"Hai manusia sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu agar kamu bertakwa.Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap,dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui ."

(QS. Al-Baqarah [2] : 21-22)

Memahami makna kalimat tauhid, baik dari sisi penafian (peniadaan) maupun dari sisi penetapan. Paham bahwa kita harus menjauhi dan meninggalkan segala macam bentuk sesembahan dan peribatadan kepada selain Allah, bara' darinya dan para pelakunya dan hanya beribadah kepada Allah semata dalam segala bentuk ibadah dalam arti yang luas, sebagaimana telah berlalu penjelasan makna ibadah dan sifatnya. Sehingga tidak terjadi kontradiksi antara amaliyah dan ucapan. Sebagaimana Orang-orang kafir quraisy jaman dahulu, mereka konsisten dengan kemusyrikannya dan mereka paham betul makna "Laa ilaaha illallah", makanya mereka ketika diseru untuk mengucapkan "Laa ilaaha illallah", mereka tidak mau dan menjawab dengan konsekwensi dari kalimat tersebut. Allah berfirman:

"Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: “Laa ilaaha illallah” (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri, Dan mereka berkata: “Apakah Sesungguhnya Kami harus meninggalkan sembahan-sembahan Kami karena seorang penyair gila? "

(QS. Ash-shaffat : 35-36)

2. Keyakinan yang menghilangkan keraguan.

Yaitu orang yang mengucapkannya harus meyakini apa-apa yang ditunjukkan oleh makna kalimat ini. Dan jika di dalam hatinya terdapat keraguan terhadap apa yang ditunjukkan oleh makna kalimat ini maka ucapannya tersebut tidak memberikan manfaat apapun baginya.

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu....."

(QS. Al-Hujurat : 15)

Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah radhiallahu anhu bahwa Nabi Muhammad Shalallahu'alaihi wa Sallam bersabda:

"Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya kecuali Allah, dan sesungguhnya aku adalah utusan Allah, maka tidaklah seorang hamba yang bertemu Allah dengan meyakini kalimat tersebut dan dirinya tidak ragu dengannya kecuali dia akan masuk surga. "

Apabila seseorang ragu-ragu dalam keimanannya, maka termasuklah dia dalam orang-orang munafik. Allah Ta'ala mengatakan kepada orang-orang munafik tersebut,

"Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keraguannya."

(QS. At Taubah : 45)

Dari Abu Hurairah r.a , Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda :

"Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah dan aku adalah utusan Allah. Seorang hamba yang bertemu Allah dengan keduanya dalam keadaan tidak ragu-ragu, Allah tidak akan menghalanginya untuk masuk surga." (HR. Muslim)

3. IKhlas yang menghapuskan kesyirikan.

Seseorang tidak mengucapkannya karena riya' atau sum'ah. Allah Ta'ala berfirman,

"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada -Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus."

(QS. Al-An'am : 5)

Diriwayatkan oleh Al-Bukhari di dalam kitab shihihnya dari Abi Hurairah radhiallahu anhu bahwa Nabi Muhammad salallahu'alaihi wa salam bersabda:

"Orang yang paling bahagia dengan syafa'atku pada hari kiamat adalah orang yang mengucapkan dengan ikhlas dari dirinya"

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman,

"Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah ketaatan (baca: ibadah) yang ikhlas (bersih dari syirik)."

(QS. Az-Zumar [39] : 3)

4. Kebenaran yang menghapuskan kebohongan.

Mengucapkan kalimat dengan benar bersumber dari hatinya.

"(1) Alif laam miim (2) Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?. (3) Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta."

(QS. Al-Ankabut : 1-3)

Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim di dalam kitab shahihnya dari Mu'adz bin Jabal radhiallahu anhu bahwa Nabi Muhammad Shalallahu'alaihi wa Sallam bersabda:

"Tidak ada seorangpun yang bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah dengan ucapan yang benar-benar dari hatinya kecuali Allah mengharamkan dirinya dari api neraka"

Di dalam hadits ini disyaratkan pengucapan kalimat ini dengan sebenar-benarnya.

Untuk mendapatkan keselamatan dari api neraka tidak hanya cukup dengan mengucapkan kalimat tauhid tersebut, tetapi juga harus disertai dengan pembenaran (kejujuran) dalam hati. Maka semata-mata diucapkan tanpa disertai dengan kejujuran dalam hati, tidaklah bermanfaat.

5. Cinta yang menghapuskan kebencian.

Mencintai kalimat ini dan apa yang ditunjukkan oleh kalimat ini serta orang-orang yang berbuat dengan tuntutan kalimat ini.

"Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. "

(QS. Al-Baqarah [2] : 165)

Maksudnya adalah seseorang yang mengucapkan kalimat ini mencintai (tidak benci pada) Allah, Rasul dan agama Islam serta mencintai pula kaum muslimin yang menegakkan kalimat ini dan menahan diri dari larang-laranganNya.

Dalam ayat ini, Allah mengabarkan bahwa orang-orang mukmin sangat cinta kepada Allah. Hal ini dikarenakan mereka tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu pun dalam cinta ibadah. Sedangkan orang-orang musyrik mencintai sesembahan-sesembahan mereka sebagaimana mereka mencintai Allah. Tanda kecintaan seseorang kepada Allah adalah mendahulukan kecintaan kepada-Nya walaupun menyelisihi hawa nafsunya dan juga membenci apa yang dibenci Allah walaupun dia condong padanya. Sebagai bentuk cinta pada Allah adalah mencintai wali Allah dan Rasul-Nya serta membenci musuhnya, juga mengikuti Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam, mencocoki jalan hidupnya dan menerima petunjuknya.

6. Tunduk terhadap apa yang ditunjukkan oleh kalimat Tauhid.

Yaitu tunduk yang menghapuskan sikap meninggalkan tuntutan kalimat ini. Maka wajib bagi orang yang beriman untuk tunduk terhadap makna yang dikandung oleh kalimat baik secara lahiriyah atau bathiniyah.

"Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan"

(QS. Al-Nisa' : 125)

Kepasrahan adalah bentuk ketundukan kepada perintah Allah Subahanahu Wa Ta'ala.

Maksudnya adalah meniadakan sikap meninggalkan yaitu seorang yang mengucapkan "Laa ilaaha illallah" haruslah patuh terhadap syari'at Allah serta tunduk dan berserah diri kepada-Nya. Karena dengan inilah, seseorang akan berpegang teguh dengan kalimat "Laa ilaaha illallah". Oleh karena itu, Allah Ta'ala berfirman,

"Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh."

(QS. Luqman [31] : 22)

Yang dimaksudkan dengan "telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh" adalah telah berpegang dengan "Laa ilaaha illallah".

7. Penerimaan yang menghapuskan penolakan.

Maka wajib menerima apa yang menjadi tuntutan kalimat ini baik berupa ibadah kepada Allah Subahanahu Wa Ta'ala semata tanpa mempersekutukan Nya dengan sesuatu apapun dan meninggalkan peribadatan kepada selain Allah Subahanahu Wa Ta'ala, maka barangsiapa yang mengucapkannya namun dia tidak menerima apa yang menjadi tuntutan kalimat ini maka dia termasuk orang yang dikatakan oleh Allah Subahanahu Wa Ta'ala di dalam firman Nya,

"Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka : Laa ilaaha illallah" (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri."

(QS. Al-Shoffat : 35)

Dalam kitab shohih dari Abu Musa radhiyallahu 'anhu dari Nabi Shallallahu 'alaihi Wa Sallam, beliau bersabda,

Perumpamaan petunjuk dan ilmu yang aku bawa dari Allah adalah seperti air hujan lebat yang turun ke tanah. Di antara tanah itu ada yang subur yang dapat menyimpan air dan menumbuhkan rerumputan. Juga ada tanah yang tidak bisa menumbuhkan rumput (tanaman), namun dapat menahan air. Lalu Allah memberikan manfaat kepada manusia (melalui tanah tadi); mereka bisa meminumnya, memberikan minum (pada hewan ternaknya) dan bisa memanfaatkannya untuk bercocok tanam. Tanah lainnya yang mendapatkan hujan adalah tanah kosong, tidak dapat menahan air dan tidak bisa menumbuhkan rumput (tanaman). Itulah permisalan orang yang memahami agama Allah dan apa yang aku bawa (petunjuk dan ilmu) bermanfaat baginya yaitu dia belajar dan mengajarkannya.  Permisalan lainnya adalah permisalah orang yang menolak (petunjuk dan ilmu tadi) dan tidak menerima petunjuk Allah yang aku bawa." (HR. Bukhari no. 79 dan Muslim no. 2093. Lihat juga "Syarh An Nawawi", 7/483 dan "Fathul" "Bari" , 1/130)

8. Mengingkari setiap sesembahan selain Allah Subahanahu Wa Ta'ala.

Seperti penyembahan terhadap toghut dan menetapkan ibadah hanya kepada Allah Subahanahu Wa Ta'ala semata.

"Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu, barang siapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat."

(QS. Al-Baqarah: 256)

Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Malik dari bapaknya bahwa Nabi Muhammad salallahu'alaihi wa salam bersabda,

"Barangsiapa yang mengucapkan "Laa ilaaha Illallah" dan meningkari penyembahan selain Allah maka harta dan darahnya menjadi haram dan perhitungan dirinya diserahkan kepada Allah."


InsyaAllah dengan memgetahui syarat sah nya kita mengucapkan kalimat tauhid senantiasa menauhidkan hati kita selalu. Aamiin ^•^

Wallahu a'lam









Sumber :
• Makna Kalimat Tauhid Karya: Dr. Amin bin Abdullah asy-Syaqawi-islamhouse.com | pdf
• http://rumahbelajarku.wordpress.com/2010/07/22/syarat-syarat-kalimat-tauhid/
• http://mimbartauhid.wordpress.com/2011/10/17/syarat-kalimat-tauhid-%E2%80%9Claa-ilaha-illallah%E2%80%9D/
• http://faisalchoir.blogspot.com/2011/05/keutamaan-dan-syarat-kalimat-laa-ilaha.html?m=1

Sunday, May 6, 2012

Mengenal Kalimat Tauhid

Posted by Tia Roozanty at 6:02 AM 2 comments
Segala puji hanya bagi Allah Subhanahu Wa Ta'ala, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam, dan aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Nya.

Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda, "Iman itu ada enam puluh atau tujuh puluh cabang lebih, cabang yang paling tinggi (sebagian riwayat dengan redaksi paling luhur atau paling utama), yaitu mengucapkan kalimat Laa Ilaaha IllalLah dan paling rendah, yaitu membuang duri dari jalanan, dan memiliki sifat malu merupakan bagian dari iman."
(HR. Muslim)

Kalimat tauhid "Laa Ilaaha Illallah" mempunyai arti dan kedudukan penting dalam Islam. Kalimat ini sebagai tanda pengakuan seorang muslim untuk hanya menjadikan Allah Subhanahu Wa Ta'ala sebagai Robb (Tuhannya).

Sehingga kalimat ini menjadi sangat penting. Dan sebagai seorang muslim sejati kita wajib terus berupaya keras untuk memahami, meyakini, menanamkannya di hati dan melakukan segala hal yang sejalan dengan kalimat tauhid.

Kalimat "Laa Ilaaha Illallah" mengandung makna mengikhlaskan ibadah semata-mata hanya karena Allah Ta'ala, mengesakan Nya dalam beribadah dan arti kalimat ini adalah tiada yang berhak disembah dengan sebenarnya kecuali Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Kalimat ini sangat agung, dengan sebab kalimat inilah para Rasul diutus, kitab-kitab diturunkan dan dalam rangka menegakkan kalimat ini maka Allah Subhanahu Wa Ta'ala memerintahkan orang-orang yang beriman untuk berjihad, pedang-pedang terhunus dan kuda-kuda dikendalikan.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :


"Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Haq) melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mu'min, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tinggalmu."

(QS. Muhammad [47] : 19)

Imam ath-Thabari rahimahullah menafsirkan : "Wahai Muhammad, ketahuilah.....bahwa tiada suatu sesembahan pun yang pantas dipuja dan mendapatkan persembahan ibadah darimu dan dari seluruh makhluk kecuali Allah; Dzat Yang Menciptakan semua makhluk dan menguasai segala sesuatu....." (Tafsir ath-Thabari, Maktabah Syamilah).

Syaikh Abu Bakar al-Jaza'iri mengatakan : "Maka ketahuilah bahwa tidak ada yang berhak menerima ubudiyah kecuali Allah. Oleh sebab itu sembahlah Dia dan bertawakallah kepada-Nya." (Aisar at-Tafasir, Maktabah Syamilah)

Syaikh Muhammad at-Tamimi rahimahullah mengatakan : "Makna syahadat adalah tiada sesembahan yang benar kecuali Allah. Laa ilaaha menegaskan penolakan terhadap segala sesuatu yang disembah selain Allah. Sedangkan Illallah menegaskan bahwa ibadah hanya layak ditujukan kepada Allah semata dan tidak ada sekutu bagi Nya dalam hal ibadah kepada Nya, sebagaimana tidak ada yang menjadi sekutu bagi Nya dalam urusan kekuasaan Nya." (Syarh Tsalatsat al-Ushul, hal. 71)

Sesungguhnya Allah menegaskan dan mendahulukan serta mengutamakan untuk mengetahui dan berilmu tentang At Tauhid. Karena mengenal Tauhid menunjukkan ilmu 'usul (dasar, pokok, dan pondasinya agama).

Ilmu usul wajib didahulukan atas ilmu furu' (cabang dan aplikasi dari ilmu usul, misalkan beristighfar). Karena dalam kaidahnya "Siapapun yang tidak mengenal penciptanya maka terhalang baginya untuk mentaati dan beribadah kepada Nya dengan baik dan benar."

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :

"(Kuasa Allah) yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Tuhan) Yang Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain Allah, itulah yang batil, dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar"

(QS. Al Hajj [22] : 62)

Maknanya adalah, tidak ada yang disembah di langit dan di bumi dengan haq kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Sesuatu yang disembah dengan bathil banyak jumlahnya, tapi yang disembah dengan haq hanya Allah saja.

Menurut Muhammad Said Al Qathani (1994 :30-1 ), kalimat laailaaha illallahu mencakup beberapa pengertian, yaitu :

• Hanya Allah yang patut disembah ( La Ma'buda Illallah )
• Hukum mutlak bersumber dariNya ( La Hukma Illallah )
• Tiada penguasa mutlak kecuali Allah, Dia lah Robb semesta alam, penguasa dan pengatur ( La Malika Illallah )
• Tiada pencipta kecuali Allah ( La Kholiqo Illallah )
• Tidak ada yang memberikan rizki selain Allah ( La Raziqo Illallah )
• Tidak ada yang menghidupkan dan mematikan kecuali Allah
• Tidak ada yang dapat mendatangkan kemanfaatan dan kemedharatan kecuali Allah
• Tidak ada daya dan upaya kecuali Allah
• Tidak bertawakal kecuali kepada Allah
• Allah sebagai pusat orientasi dan kerinduannya

Jadi dapat dipahami bahwa seluruh pusat orientasi kehidupan seorang muslim adalah Allah. Namun kesaksian yang benar dalam Islam tidak hanya terhenti pada pengucapan lisan dan pembenaran dalam hati, begitu juga tidak hanya memahami maknanya secara benar, tapi harus disertai dengan mengamalkan segala ketentuannya, baik secara lahiriyah maupun bathiniyyah.

Kalimat tauhid ini sekaligus mencakup loyalitas dan bersih diri ( Al wala' wal bara' ) serta negasi dan afirmasi ( Al Nafy wal itsbat ).

Al Wala' dalam kalimat tauhid adalah aspek kepatuhan dan kesetiaan secara tulus (loyal) terhadap Allah, kitab, sunnah dan nabi Nya. Sedangkan Al Bara' adalah bersih diri dari segala kendali thagut dan hukum jahiliyyah. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :


"Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada thagut dan beriman kepada Allah maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus."

(QS. Al-Baqarah [2] : 256)

Adapun An Nafiy (peniadaan atau negasi) bermakna meniadakan sesuatu yang menyaingi pengesaan kepada Allah, misalnya sesembahan perantara, tuan, tandingan dan thagut. Dan Itsbat (penetapan, afirmasi) terhadap empat perkara yaitu tujuan akhir (yang kita tuju adalah Allah), kecintaan kepada Allah, takut dan berpengharapan kepada Nya. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :

"Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu sembah, tetapi (aku menyembah) Tuhan Yang menjadikanku; karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku"

(QS. Az-Zukhruf [43] : 26-27)



"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun."

(QS. An-Nisa` [4] : 36)

Dengan selalu memahami, menghayati, dan mengucapkan kalimat Laa Ilaaha IllalLah dapat menambah iman seorang muslim. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Sallam,

"Perbaharuilah iman kamu sekalian" Sahabat bertanya, "Bagaimana memperbaharui iman kami? " Beliau menjawab, "Perbanyaklah membaca kalimat Laa Ilaaha IllalLah ".
(HR. Ahmad ibn Hanbal)

**Tambahan**

Thaghut atau thoghut menurut Ibnul Qayyim adalah setiap sesuatu yang melampui batasannya, baik yang disembah (selain Allah k), atau diikuti atau ditaati (jika dia ridha diperlakukan demikian).

Definisi lain, thaghut adalah segala sesuatu yang diibadahi selain Allah (dalam keadaan dia rela).

Semoga dengan mengenal Kalimat Tauhid dapat menjauhkan kita dari kemusyrikan. Dan menjadikan tujuan setiap langkah kita hanya karena Allah Subhanahu Wa Ta'ala semata.


Wallahu a'lam








Sumber :
• Makna Kalimat Tauhid | Dr. Amin bin Abdullah asy-Syaqawi. pdf
• TAUHID & MAKNA SYAHADATAIN | islamhouse.com pdf
• http://asysyariah.com/makna-thaghut.html
• http://fadhlihsan.wordpress.com/2010/03/07/penjelasan-makna-kalimat-laa-ilaaha-illallah/
• http://www.tanbihun.com/usulidin/makna-laa-ilaaha-illallah/
• http://mimbarjumat.com/archives/99
• http://abumushlih.com/tafsiran-kalimat-tauhid.html/

Sunday, March 11, 2012

Makna 5 Perkara "Tombo Ati" Sebagai "Anti Galau"

Posted by Tia Roozanty at 10:22 PM 9 comments
Tombo ati berarti obat hati. Jika ingat kalimat ini kita akan teringat lagu Opick. Obat hati, obat bagi hati yang gundah gulana, resah dan gelisah. Kalau kata anak ABG ya..."galau". Jika hati tidak cepat diobati hidup tak lagi terasa nikmat, tak ada ketenangan dan yang ada hanyalah kehampaan.

Cerita punya cerita, Tombo Ati merupakan lagu rakyat yang dibuat oleh Sunan Bonang. Menurut cerita sejarah Sunan Bonang, yang hidup sekitar abad ke 16, lagu Tombo Ati ini merupakan lagu popular di pesantren dan dikalangan rakyat, selain karena mudah didendangkan juga mudah dalam menghapalkan.

Sebagai seorang pendakwah Sunan Bonang (1465-1525) terkenal telah menginsyafkan muridnya seorang “perampok budiman” bergelar Brandal Lokajaya. Si murid ini kemudian lebih sering disebut dengan sunan Kalijaga, dalam sejarah raja-raja Jawa.

Mengintip lagunya Opick, tombo ati atau obatnya hati terdiri dari lima perkara. Mengapa lima perkara tersebut dapat mengobati hati?

1. Membaca Al-Qur'an Dan Maknanya

Menurut para ahli tafsir bahwa nama lain dari Al-Qur'an adalah “Asysyifâ” yang artinya secara Terminologi adalah Obat Penyembuh.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman,

"Hai manusia, telah datang kepadamu kitab yang berisi pelajaran dari Tuhanmu dan sebagai obat penyembuh jiwa, sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman."

(QS. Yunus [10] : 57)

"Dan kami menurunkan Al-Qur'an sebagai penawar dan Rahmat untuk orang-orang yang mu'min."

(QS. Al Isra [17] : 82)

Al-Quran mengandung mukjizat sebagai obat penenang bagi siapa yang ditimpa kecemasan, gelisah, sukar tidur, dan dibayang-bayangi oleh pikiran buruk. Ada sebuah cerita, Syekh Abi Qasim Al Qusyairi merasa sedih karena putra tersayangnya sakit keras. Ketika sedang tidur, ia bermimpi ketemu Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam. Ia mengeluhkan keadaannya kepada Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam. "Bagaimana usahamu dengan ayat-ayat penyembuhan (syifa?)" tanya Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam. Ketika bangun ia berpikir tentang ayat-ayat penyembuhan itu.

Dia menemukan 6 (enam) ayat tersebut dalam kandungan Al-Quran yaitu :

(1). ".....Serta melegakan hati orang-orang yang beriman." (Q.S. At - Taubah :14).
(2). "Dan Al-Quran itu penyembuh bagi penyakit- penyakit yang berada dalam dada." (QS.Yunus : 57 ).
(3). "Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia." (QS. An-Nahl : 69).
(4). "Dan Kami turunkan dari Al-Quran itu suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman." (QS. Al- Isra : 82).
(5). "Dan apabila aku sakit, maka Dialah yang menyembuhkan aku." (QS.Asy-Syuara :80).
(6). "Katakanlah Al-Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman." (QS. Fhusilat : 44).

Segera ia membacakan ayat-ayat tersebut kepada anaknya dan ternyata ia seakan terlepas dari belenggu ikatan yang memberatkan.

Maka dari itu diantara Doa Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam, setiap selesai membaca Al-Quran, "Aku bermohon kepada-MU ya Allah, Jadikanlah Al-Quran yang agung ini sebagai penyembuh dadaku, pembebas sedihku dan kesembuhan untuk dadaku."

Para kaum shalafus shalihin (orang-orang shaleh) menjadikan Al-Quran selain sebagai sumber hukum, juga sebagai penyiram dan penyejuk hati ditengah gersangnya kehidupan. Serta mereka menjadikan Al-Quran sebagai wirid dalam beribadah. Sangat dianjurkan ketika membaca Al-Quran sekaligus menghayati maknanya.

Muallaaf Akhmad Christoffer, sarjana ekonomi kawakan dari Inggris, ketika ia memilih memeluk Islam, "Aku menemukan dalam Islam apa yang aku cari-cari selama ini, problem apa juga yang dihadapi manusia dalam hidupnya maka ia akan menemukan penyelesaiannya dalam Al-Quran".

2. Mendirikan Sholat Malam

Berfirman Allah Subhanahu Wa Ta'ala di dalam Al-Qur'an :

"Pada malam hari, hendaklah engkau shalat Tahajud sebagai tambahan bagi engkau. Mudah-mudahan Tuhan mengangkat engkau ketempat yang terpuji."

(QS. Al-Isro' : 79)

Firman Allah ini merupakan salah satu dasar disyariatkannya shalat Tahajud. Dengan begitu, shalat Tahajud sangat dianjurkan dalam Islam. Bahkan, shalat Tahajud menduduki posisi kedua setelah shalat wajib. Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam, ''Shalat yang manakah yang paling utama setelah shalat wajib?'' Rasulullah menjawab, ''Shalat Tahajud!'' (HR Muslim).

Shalat Tahajud adalah shalat yang diwajibkan kepada Rosulullah sebelum turun perintah shalat wajib lima waktu. Sekarang shalat Tahajud merupakan shalat yang sangat dianjurkan untuk dilaksanakan .

Bersabda Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam:
"Seutama-utama shalat sesudah shalat fardhu ialah shalat sunnat di waktu malam" ( HR. Muslim )

Tahajud sendiri artinya bangun dari tidur. Dengan demikian, shalat Tahajud adalah shalat yang dikerjakan di malam hari dan dilaksanakan setelah tidur terlebih dahulu, walaupun tidurnya hanya sebentar. Shalat Tahajud yang dilakukan di tengah malam, di mana kebanyakan manusia terlelap dalam tidurnya dan berbagai aktivitas hidup berhenti, serta suasana begitu hening, sunyi, dan tenang, sangat menunjang konsentrasi seseorang yang akan mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Di samping kondisi eksternal ini, juga terdapat kondisi internal, yaitu sebuah ketenangan yang dirasakan oleh psikis atau batin manusia yang melakukan shalat Tahajud.

Ketenangan dan ketenteraman yang diperoleh oleh seseorang yang melakukan shalat Tahajud memiliki nilai spiritual yang sangat tinggi. Sebab, dalam shalat Tahajud terdapat dimensi dzikrullah (mengingat Allah). Ini sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala,

''(yaitu) Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tenteram.''

(QS. Ar-Ra'd [13] : 28).

Sehingga, dalam hal ini terdapat rumusan hukum imbasan atau sebab akibat. Yakni, bila kita ingin mendapatkan rasa tenang dan tenteram, maka berdekat-dekatlah kepada Dia Yang Maha Tenang dan Maha Tenteram, agar sifat-sifat itu mengimbas kepada kita.

Dengan demikian, shalat Tahajud yang dikerjakan dengan ikhlas akan mampu mengurangi beban kejiwaan yang sedang menyelimuti seseorang. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman,

''Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk shalat) di malam hari.''

(QS. Al-Muzammil : 1-2).

Kata berselimut dalam ayat di atas secara kontekstual dapat diartikan dengan orang yang sedang dirundung masalah: Kegelisahan, kecemasan, kekhawatiran, atau ketakutan karena menghadapi berbagai kemungkinan yang menimpanya. Sebab, ayat tadi turun setelah Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam mulai mendapatkan olok-olok dan ancaman dari kaum Quraisy.

Shalat Tahajud merupakan kebutuhan dalam menghadapi problem kehidupan. Rasulullah bersabda,

''Kalian harus mengerjakan shalat malam, sebab itu kebiasaan orang-orang saleh sebelummu, jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah, penebus dosa dan kejelekan, serta penangkal penyakit dari badan.'' (HR Tirmidzi)

Prof.Dr.Muhammad Sholeh, dosen IAIN Surabaya, "Pengaruh Sholat Tahajjud terhadap Peningkatan Perubahan Respon Ketahanan Tubuh Imunologik : Suatu Pendekatan Psikoneuroimunologi" menyimpulkan jika anda melakukan sholat tahajjud secara rutin, benar gerakannya, ikhlas, dan khusyu' niscaya anda akan terbebas dari penyakit infeksi dan kanker.

3. Berkumpul Dengan Orang Sholeh

Selain kita mengaji dan mempelajari kitab Allah dan Rosul-Nya salah satu cara untuk menjaga iman kita yaitu dengan berkumpul dengan orang-orang sholeh dan bersabar bersama mereka, sebagaimana yang Allah firmankan,

".....dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas".

(QS. Al-Khafi : 28)

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah kalian berada bersama orang-orang shadiqin."

(QS. At-Taubah : 119)

Berdekatan  dengan orang-orang sholeh, orang alim, orang shadiqin merupakan anjuran Allah secara langsung, seperti tersebut dalam ayat di atas. Di dalam kitab "Khozinatul Asroor" pengarang mengutip hadits Rosulullah tentang keharusan kita untuk selalu berada bersama Allah namun jika tidak bisa, hendaklah selalu berdekatan dengan orang-orang sholeh karena dengan berdekatan bersama mereka akan sampai kepada Allah. Kutipan naskahnya sebagai berikut.

Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "Hendaklah engkau selalu  bersama Allah. Jika tidak bisa, berusahalah selalu bersama orang-orang yang dekat dengan Allah. Sebab dengan memiliki orang itu, niscaya engkaupun akan sampai kepada Allah selagi engkau bersamanya. " dalam nasehat  lain Rasulullah bersabda:  "Syaikh (guru/orang alim lagi sholeh) diibaratkan nabi bagi kaumnya."
Keterangan ini tersebut pula dalam kitab "Awariful Ma'aarif" dan kitab "Ruuhul Bayaan."

Diriwayatkan dari Al Hakim dan Imam Turmudzi (marfu) :

"Sesunggunya amal-amal kalian akan diperlihatkan kepada kawan-kawan kamu dan kerabatnya yang sudah meninggal. Jika amal-amal tersebut bagus maka bergembiralah mereka. Jika mereka melihat sebaliknya (amalnya buruk) mereka akan berkata: Ya Allah, janganlah Engkau hinakan ia, namun berilah hidayah  sebagaimana Engkau telah memberi hidayah kepada kami."

Berteman dengan orang-orang sholeh akan membawa keberkahan atau kebaikan. Bukan saja akan nmendatangkan ketentraman hidup dalam ridho Allah di dunia saja melainkan akan terus dibawa mati.
Ruh orang meninggal akan saling mengenal, dan Allah akan mamandang salah satu hambanya bersama siapa dia berteman.  Keuntungannya, jika berteman dengan orang-orang yang dekat dengan Allah nisacaya akan selamat gara-gara berteman dengan orang yang dekat dengan Allah.

Sebaliknya Sungguh rugi jika tidak  mau berteman dengan orang-orang sholeh. Kerugiannya bukan saja secara lahiriyah namun akan dibawa sampai mati. Sebab Ruh akan dikumpulkan berdasarkan kawan-kawannya ketika di dunia, dari sumber hadits Rasul dalam Kitab Tradzkirah Al Qurthubi jelas mengungkapkan bahwa jika kita tidak mengenal orang yang dekat dengan Allah, maka ketika di akhirat nanti kita akan dtinggalkannya dan akan bergabung dengan teman-teman akrab ketika kita ada di dunia.

Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam juga mengajarkan kepada kita agar bersahabat dengan orang yang dapat memberikan kebaikan dan sering menasehati kita.

"Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang sholih dan orang yang jelek adalah bagaikan berteman dengan pemilik minyak misk dan pandai besi. Jika engkau tidak dihadiahkan minyak misk olehnya, engkau bisa membeli darinya atau minimal dapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau dapat baunya yang tidak enak."
(HR. Bukhari no. 2101, dari Abu Musa.)

Ibnul Qayyim mengisahkan, Kami (murid-murid Ibnu Taimiyyah), jika kami ditimpa perasaan gundah gulana atau muncul dalam diri kami prasangka-prasangka buruk atau ketika kami merasakan sempit dalam menjalani hidup, kami segera mendatangi Ibnu Taimiyah untuk meminta nasehat. Maka dengan hanya memandang wajah beliau dan mendengarkan nasehat beliau serta merta hilang semua kegundahan yang kami rasakan dan berganti dengan perasaan lapang, tegar, yakin dan tenang.

Itulah pentingnya bergaul dengan orang-orang sholeh, dapat kembali membangkitkan semangat keimanan kita dalam menjalankan ibadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala sehingga kita pun dapat menularkan nuansa kebaikan kepada lingkungan sekitar kita.

4. Perbanyak Berpuasa

Menurut Fat-hiy Yakan (1984: 119-124) puasa merupakan pembersih jiwa yang paling kuat terutama untuk melawan hawa nafsu yang menjadi pangkal dari kotornya hati. Selain itu dengan puasa perasaan menjadi halus dan peka, pikiran jernih dan nafsu buruk melemah.

Dalam hadits qudsi, Allah Ta'ala berfirman (yang artinya), "Dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku" (HR. Muslim no. 1151)

Pengarang Kitab Kifayatul Atqiya' menuliskan ada tiga sebab yang menjadikan hati kasar dan kaku, yaitu banyak tidur, banyak bersenang-senang, dan banyak makan.

"Orang yang puasa punya dua kegembiraan, jika berbuka gembira, jika bertemu dengan Rabbnya gembira karena puasa yang dia lakukan."
(HR. Bukhri (4/88), Muslim (no. 1151) ini lafadz Bukhori)

Jika hati gembira otomatis terjauh dari rasa galau, resah, gelisah dan risau. Karena puasa melatih hati untuk lebih sabar, menjauhi perbuatan yang dilarang agama.

Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda, "Puasa itu bukanlah sekadar menahan diri dari makan dan minum, akan tetapi sesungguhnya puasa itu ialah mencegah diri dari segala perbuatan yang sia-sia serta menjauhi perbuatan-perbuatan yang kotor dan keji." (HR. Al-Hakim)

Hadis di atas hendak menegaskan bahwa jika dilakukan dengan sungguh-sungguh ibadah puasa akan dapat mencegah seseorang untuk melakukan perbuatan keji dan mungkar. Puasa menjadi ajang latihan jiwa agar semakin matang dan tegar dalam menghadapi berbagai kendala, godaan, dan tantangan kehidupan yang tidak jarang mengantarkan hidup seseorang pada jurang kehinaan.

Dengan menjadikan ibadah puasa sebagai sarana latihan pengendalian diri seyogyanya kita dapat meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita agar memiliki kekuatan untuk melawan berbagai godaan hawa nafsu yang bukan tidak mungkin dapat berujung pada perbuatan keji dan mungkar.

Dengan berpuasa orang akan terbebas dari beban rasa bersalah dan berdosa karena perbuatan di masa lalu sebagaimana hadis Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam, "Barang siapa yang telah menjalankan ibadah puasa dengan sempurna serta ikhlas karena Allah semata, maka Allah mengampuni dosa-dosa tahun sebelumnya." (HR Bukhari Muslim)

Singkat kata, ibadah puasa dapat menjadi sarana detoksifikasi jiwa.

5. Memperpanjang Dzikir Malam

Ingat kepada Allah menjadi suatu kemestian sehari-hari orang beriman. Dzikrullah adalah salah satu kegiatan rutin yang disunnatkan oleh Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam. Dengan dzikrullah hati akan menjadi tenteram, jiwa menjadi tenang. Dengan hati dan jiwa yang tenang, seorang muslim menjalani hidup dengan penuh kedamaian.
Hati dan jiwa yang tenang dan tenteram, akan mengantarkan manusia kepada keluhuran. Bagi orang beriman, kenteraman jiwa yang lahir dari zikrullah akan mengantarkan ruhnya menuju Allah Rabbul 'Izzah, dalam keadaan yang tenang dan tenteram pula.

"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram."

(QS. Ar-Ra'd [13] : 28)

Menyebut Allah dapat membawa ketenangan dan menyembuhkan jiwa :

• Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "Tiada amal perbuatan anak Adam yang lebih menyelamatkannya dari azab Allah daripada dzikrullah." (HR. Ahmad)

• "Menyebut-nyebut Allah adalah suatu penyembuhan dan menyebut-nyebut tentang manusia adalah penyakit (artinya penyakitakhlak)" (HR. Al-Baihaqi)

• "Demi yang jiwaku dalam genggamanNya, kalau kamu selamanya bersikap seperti saat kamu ada bersamaku dan mendengarkan zikir, pasti para malaikat akan bersalaman dengan kamu di tempat tidurmu dan di jalan-jalan yang kamu lalui. Tetapi, wahai Hanzhalah (nama seorang sahabat) kadangkala begini dan kadangkala begitu. (Beliau mengucapkan perkataan itu kepada Hanzhalah hingga diulang-ulang tiga kali)."
(HR. Tirmidzi dan Ahmad)

• "Perumpamaan orang yang berzikir kepada Robbnya dan yang tidak, seumpama orang hidup dan orang mati" (HR. Bukhari dan Muslim)

• "Nyanyian dan permainan hiburan yang melalaikan menumbuhkan kemunafikan dalam hati, bagaikan air menumbuhkan rerumputan. Demi yang jiwaku dalam genggamanNya, sesungguhnya Al Qur’an dan zikir menumbuhkan keimanan dalam hati sebagaimana air menumbuhkan rerumputan" (HR. Ad-Dailami)

• "Dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai."

(QS. Al- A'raf [7] : 205)

• Dalam sebuah  hadits qudsi Allah berfirman, "Aku akan bersama hamba-Ku selama ia mengingat-Ku dan kedua bibirnya bergerak karena Aku."
(HR. Al-Baihaqi)

Tidak ada jalan pintas untuk mendapat rahmat-Nya (sukses dan bahagia dunia akhirat) kecuali dengan membiasakan diri berdzikir kepada-Nya. Sesungguhnya kehadiran Allah pada kita, tergantung sikap dan persepsi kita semua kepada Nya. Jika kita senantiasa memuji dan mengingat Nya, Allah akan senantiasa berada di dekat kita. Baik dalam suka maupun duka. Sebaliknya, kita melupakanNya, otomatis kehadiran Nya jauh di hati dan sanubari kita. Dalam sebuah hadits qudsi disebutkan,

"Jika hamba-Ku mengingat-Ku dalam hatinya, Aku pun mengingatnya dalam hati-Ku. jika ia mengingat-Ku dalam suatu kelompok, Aku pun mengingatnya di hadapan sekelompok malaikat yang mengiringi mereka. Jika ia mendekati-Ku sejengkal, Aku akan mendekatinya sehasta. Jika ia mendekati-Ku sehasta, Aku akan mendekatinya sedepa. Jika ia berjalan menuju ke arah-Ku, Aku pun berlari-lari kecil menuju ke arahnya."
(HR. Muttafaqun Alaih)

Kalau kita hiasi diri kita dengan kecintaan berdzikir dan selalu mengingat-Nya di manapun dan kampanpun. Terlebih berdzikir di waktu sepertiga malam yang merupakan waktu mustajab, suasana sunyi dan tenang. Dengan demikian,  hal ini menjadi obat dan menjadikan hidup kita lebih tenang dan bahagia.


Penyakit hati ini tidak kasat mata seperti penyakit jasmani. Imam Al Ghazali pernah berkata, bahwa orang yang memiliki penyakit rohani atau hati itu ibarat orang yang memiliki penyakit belang (panu) di wajahnya dan ia tidak memiliki cermin. Orang seperti ini tidak akan percaya jika dikatakan bahwa ada belang pada wajahnya tanpa dirinya melihat cermin. Begitulah Imam Al Ghazali menggambarkan penyakit hati yang terkadang tidak disadari oleh manusia.

InsyaAllah dengan mengamalkan lima perkara diatas dapat menjauhkan kita dari penyakit hati yang menyebabkan hidup dan jiwa tidak dirahmati oleh Allah. Dengan menjalankannya diharapkan dapat mencabut penyakit hati sampai seakar akarnya seperti obat panu. Jadilah Tombo Ati sebagai obat anti panu, eh... Anti Galau "Bye bye Galau...Daaah Galau!!".

Jika penyakit berlanjut hubungi Allah terus, bisa jadi kurang ikhlas.

Wallahu a'lam




Sumber :
• http://blablapooh.heck.in/al-quran-obat-melerai-duka.xhtml
• http://tahajudcallmq.wordpress.com/2007/08/20/%E2%80%9C-keutamaan-shalat-tahajud-%E2%80%9D/
• http://alhakim.wordpress.com/2007/10/15/tahajjud-sembuhkan-segala-penyakit/
• http://buntetpesantren.org/index.php?option=com_content&task=view&id=583
• http://anaihblog.blogspot.com/2010/03/rindu-berkumpul-dengan-orang-orang.html?m=1
• http://m.kompasiana.com/post/sosok/2011/08/13/puasa-dan-kesehatan-jiwa/
• http://www.hidayatullah.com/read/19262/10/10/2011/biasakanlah-dzikir,-karena-dzikir-itu-adalah-

Tuesday, February 14, 2012

Mengetahui Waktu-Waktu Mustajab Untuk Berdoa

Posted by Tia Roozanty at 3:45 AM 1 comments
"Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas."

(QS. Al A'raf [7] : 55)

Sungguh Allah memahami keadaan manusia yang lemah dan senantiasa membutuhkan akan Rahmat-Nya. Manusia tidak pernah lepas dari keinginan, yang baik maupun yang buruk. Bahkan jika seseorang menuliskan segala keinginannya di kertas, entah berapa lembar akan terpakai.

Maka kita tidak perlu heran jika Allah Ta'ala melaknat orang yang enggan berdoa kepada-Nya. Orang yang demikian oleh Allah 'Azza Wa Jalla disebut sebagai hamba yang sombong dan diancam dengan neraka Jahannam. Allah Ta'ala berfirman :

"Berdoalah kepadaKu, Aku akan kabulkan doa kalian. Sungguh orang-orang yang menyombongkan diri karena enggan beribadah kepada-Ku, akan dimasukkan ke dalam neraka Jahannam dalam keadaan hina dina."

(QS. Ghafir [40] : 60)

Ayat ini juga menunjukkan bahwa Allah Maha Pemurah terhadap hamba-Nya, karena hamba-Nya diperintahkan berdoa secara langsung kepada Allah tanpa melalui perantara dan dijamin akan dikabulkan. Sungguh Engkau Maha Pemurah Ya Rabb....

Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa Sallam telah memberitahukan kepada kita perihal waktu-waktu yang mustajab untuk berdoa, sebagai berikut :

1. Pada Waktu Sahur Dan Sepertiga Malam yang Terakhir

Allah Ta'ala mencintai hamba-Nya yang berdoa disepertiga malam yang terakhir. Allah Ta'ala berfirman tentang ciri-ciri orang yang bertaqwa, salah satunya:

"Ketika waktu sahur (akhir-akhir malam), mereka berdoa memohon ampunan"

(QS. Adz Dzariyat [51] : 18)

Ketika orang lain terlelap dalam tidur di sepertiga malam yang terakhir, maka beruntunglah orang yang bangun dari tidurnya dan berdoa kepada Allah Swt. Sungguh, waktu sepertiga malam yang terakhir adalah waktu yang mustajab untuk berdoa. Apalagi, sebelum berdoa kepada-Nya didahului dengan shalat tahajjud dan berdzikir kepada-Nya.

Rasulullah Shallallahu'alaihi Wa Sallam telah bersabda:

"Apabila tersisa sepertiga dari malam hari Allah 'Azza wa Jalla turun ke langit bumi dan berfirman, Adakah orang yang berdoa kepada-Ku akan Kukabulkan, Adakah orang yang beristighfar kepada-Ku akan Kuampuni dosa-dosanya, Adakah orang yang mohon rezeki kepada-Ku akan Kuberinya rezeki, Adakah orang yang mohon dibebaskan dari kesulitan yang dialaminya akan Kuatasi kesulitan-kesulitannya. Yang demikian (berlaku) sampai tiba waktu fajar (subuh)."

(HR. Ahmad)

Namun perlu dicatat, sifat "turun" dalam hadits ini jangan sampai membuat kita membayangkan Allah Ta'ala turun sebagaimana manusia turun dari suatu tempat ke tempat lain. Karena tentu berbeda. Yang penting kita mengimani bahwa Allah Ta'ala turun ke langit dunia, karena yang berkata demikian adalah Rasulullah Shalallahu'alaihi Wa sallam diberi julukan Ash shadiqul Mashduq (orang jujur yang diotentikasi kebenarannya oleh Allah), tanpa perlu mempertanyakan dan membayangkan bagaimana caranya.

Seorang yang melakukan shalat tahajjud berarti termasuk orang yang menghidupkan malamnya dan dia berada pada suasana terbaik untuk berdoa berdasarkan hadits-hadits diatas. Dibolehkan baginya berdoa di sepanjang malam itu, baik disaat shalat tahajjudnya atau setelah tahajjud sebelum menunaikan shalat witir atau setelah shalat witir.
Dan hendaklah doa setelah shalat witir dilakukan setelah mengucapkan "SUBHAANAL MALIKIL QUDDUUS" sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Daud dari Ubay bin Ka'ab. Dan dianjurkan pula untuk mengucapkan kalimat itu sebanyak tiga kali sebagaimana disebutkan didalam riwayat an Nasai.

Dari hadits diatas jelas bahwa sepertiga malam yang akhir adalah waktu yang dianjurkan untuk memperbanyak berdoa. Lebih lagi di bulan Ramadhan, bangun di sepertiga malam akhir bukanlah hal yang berat lagi karena bersamaan dengan waktu makan sahur. Oleh karena itu, manfaatkanlah sebaik-baiknya waktu tersebut untuk berdoa.

2. Ketika Berbuka Puasa

Pada saat berbuka puasa, hendaknya kita menyempatkan diri untuk berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Ternyata, pada saat berbuka juga merupakan waktu yang mustajab bagi doa yang kita sampaikan kepada-Nya.

Dari Abdullah bin 'Amr bin 'Ash r.a., bahwa dia mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wa Sallam bersabda:

"Sesungguhnya bagi orang yang berpuasa pada saat berbuka ada doa yang tidak ditolak."

(HR. Ibnu Majah dan Hakim)

"Ada tiga doa yang tidak tertolak. Doanya orang yang berpuasa ketika berbuka, doanya pemimpin yang adil dan doanya orang yang terzhalimi"

(HR. Tirmidzi no.2528, Ibnu Majah no.1752, Ibnu Hibban no.2405, dishahihkan Al Albani di Shahih At Tirmidzi)

3. Pada Waktu Adzan berkumandang Dan Antara Adzan Dan Iqomat

Setelah muadzin menyerukan adzan untuk shalat fardhu, hendaknya kita memanfaatkan waktu ini untuk berdoa kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Sungguh, sebelum iqamah diserukan untuk segera mengerjakan shalat, ini adalah waktu yang mustajab.

Selain dianjurkan untuk menjawab adzan dengan lafazh yang sama, saat adzan dikumandangkan pun termasuk waktu yang mustajab untuk berdoa.Rasulullah Shallallahu'alaihi wa Sallam bersabda,

"Doa tidak tertolak pada dua waktu, atau minimal kecil kemungkinan tertolaknya. Yaitu ketika adzan berkumandang dan saat perang berkecamuk, ketika kedua kubu saling menyerang"

(HR. Abu Daud, 2540, Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Nata-ijul Afkar, 1/369, berkata: "Hasan Shahih")

Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wa Sallam bersabda:

"Doa yang diucapkan antara adzan dan iqamat tidak ditolak (oleh Allah)."

(HR. Ahmad)

4. Ketika Bersujud

Ketika bersujud adalah waktu yang paling dekat antara seorang hamba dengan Tuhannya. Oleh karena itu, pada saat yang istimewa seperti ini sangat perlu untuk menyampaikan doa kepada-Nya.

Rasulullah Shallallahu' alaihi Wa sallam bersabda:

"Seorang hamba berada paling dekat dengan Rabb-nya ialah ketika ia sedang bersujud. Maka perbanyaklah berdoa ketika itu"

(HR. Muslim, no.482)

5. Pada Akhir Sholat Fardhu

Rasulullah Shallallahu'alaihi Wa sallam bersabda:

"Ada yang bertanya : Wahai Rasulullah, kapan doa kita didengar oleh Allah? Beliau bersabda : Di akhir malam dan di akhir shalat wajib"

(HR. Tirmidzi, 3499)

Ibnu Qayyim Al Jauziyyah dalam Zaadul Ma'ad (1/305) menjelaskan bahwa yang dimaksud "akhir shalat wajib" adalah sebelum salam. Karena Allah Ta'ala berfirman :
َ
"Jika engkau selesai shalat, berdzikirlah"

(QS. An Nisa [4] : 103).

Dari Abdullah Ibnu Mas'ud Radhiyallahu 'anhu, Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam mengajarkan para shahabat bacaan tasyahud dalam shalat kemudian berkata, "Pilihlah di antara doa yang ia senangi/inginkan, maka berdoalah." Dalam lafazh Muslim,"Pilihlah permintaan yang kamu kehendaki"

(HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Adapun tentang berdoa setelah shalat maka tidaklah ada larangannya jika dilakukan setelah berdzikir dengan dzikir-dzikir yang disyariatkan.

Markaz al Fatwa didalam fatwanya No. 583 tentang permasalahan ini menyebutkan bahwa berdoa setelah shalat adalah sesuatu yang disyariatkan, demikian pendapat jumhur ulama, dan janganlah mengatakan bahwa hal ini termasuk perbuatan bid'ah sebagaimana anggapan sebagian orang.

Orang-orang yang melarang berdoa (setelah shalat) membatasi apabila setelah salam langsung (berdoa) tanpa mengucapkan dzikir-dzikir yang disyariatkan. Adapun jika dia mengucapkan dzikir-dzikir yang disyariatkan maka mereka tidaklah melarang berdoa setelah itu.

Jadi apabila ada yang berdoa maka janganlah diinkari, dan apabila dari mereka ada yang tidak berdoa jangan pula diinkari karena didalam permasalahan ini terdapat kelapangan, dan hal ini terdapat dibawah pokok yang umum yaitu : DOA.

6. Pada Hari Jum'at

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menyebut hari Jum'at kemudian berkata,

"Di hari Jum'at itu terdapat satu waktu yang jika seseorang muslim melakukan shalat di dalamnya dan memohon sesuatu kepada Allah Ta'ala, niscaya permintaannya akan dikabulkan". Lalu beliau memberi isyarat dengan tangannya yang menunjukkan sedikitnya waktu itu.

(HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Fathul Baari ketika menjelaskan hadits ini beliau menyebutkan 42 pendapat ulama tentang waktu yang dimaksud. Namun secara umum terdapat 4 pendapat yang kuat.

• Pendapat pertama, yaitu waktu sejak imam naik mimbar sampai selesai shalat Jum'at, berdasarkan hadits:

"Waktu tersebut adalah ketika imam naik mimbar sampai shalat Jum'at selesai"

(HR. Muslim, 853 dari sahabat Abu Musa Al Asy’ari Radhiallahu’anhu).

Pendapat ini dipilih oleh Imam Muslim, An Nawawi, Al Qurthubi, Ibnul Arabi dan Al Baihaqi.

• Pendapat kedua, yaitu setelah ashar sampai terbenamnya matahari. Berdasarkan hadits:

"Dalam 12 jam hari Jum'at ada satu waktu, jika seorang muslim meminta sesuatu kepada Allah Azza Wa Jalla pasti akan dikabulkan. Carilah waktu itu di waktu setelah ashar"

(HR. Abu Daud, no.1048 dari sahabat Jabir bin Abdillah Radhiallahu’anhu. Dishahihkan Al Albani di Shahih Abi Daud).

Pendapat ini dipilih oleh At Tirmidzi, dan Ibnu Qayyim Al Jauziyyah. Pendapat ini yang lebih masyhur dikalangan para ulama.

• Pendapat ketiga, yaitu setelah ashar, namun diakhir-akhir hari Jum'at. Pendapat ini didasari oleh riwayat dari Abi Salamah. Ishaq bin Rahawaih, At Thurthusi, Ibnul Zamlakani menguatkan pendapat ini.

• Pendapat keempat, yang juga dikuatkan oleh Ibnu Hajar sendiri, yaitu menggabungkan semua pendapat yang ada. Ibnu 'Abdil Barr berkata: "Dianjurkan untuk bersungguh-sungguh dalam berdoa pada dua waktu yang disebutkan". Dengan demikian seseorang akan lebih memperbanyak doanya di hari Jum'at tidak pada beberapa waktu tertentu saja. Pendapat ini dipilih oleh Imam Ahmad bin Hambal, Ibnu 'Abdil Barr.

7. Ketika Hujan Turun

Hujan adalah nikmat Allah Ta’ala. Oleh karena itu tidak boleh mencelanya. Sebagian orang merasa jengkel dengan turunnya hujan, padahal yang menurunkan hujan tidak lain adalah Allah Ta’ala. Oleh karena itu, daripada tenggelam dalam rasa jengkel lebih baik memanfaatkan waktu hujan untuk berdoa memohon apa yang diinginkan kepada Allah Ta'ala:

"Doa tidak tertolak pada 2 waktu, yaitu ketika adzan berkumandang dan ketika hujan turun"

(HR Al Hakim, 2534, dishahihkan Al Albani di Shahih Al Jami', 3078)

8. Pada Malam Lailatul Qadar

Malam lailatul qadar adalah malam diturunkannya Al Qur'an. Malam ini lebih utama dari 1000 bulan. Sebagaimana dalam firman Allah Ta'ala,ٍ

"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar."

(QS Al-Qadr [97]: 1-5)

Pada malam ini dianjurkan memperbanyak ibadah termasuk memperbanyak doa. Sebagaimana yang diceritakan oleh Ummul Mu'minin Aisyah Radhiallahu 'anhu:

"Aku bertanya kepada Rasulullah: Wahai Rasulullah, menurutmu apa yang sebaiknya aku ucapkan jika aku menemukan malam Lailatul Qadar? Beliau bersabda:Berdoalah:
Ya Allah, sesungguhnya engkau Maha Pengampun dan menyukai sifat pemaaf, maka ampunilah aku."

(HR. Tirmidzi, 3513, Ibnu Majah, 3119, At Tirmidzi berkata: "Hasan Shahih")

Pada hadits ini Ummul Mu'minin Aisyah Radhiallahu'anhu meminta diajarkan ucapan yang sebaiknya diamalkan ketika malam Lailatul Qadar. Namun ternyata Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam mengajarkan lafadz doa. Ini menunjukkan bahwa pada malam Lailatul Qadar dianjurkan memperbanyak doa, terutama dengan lafadz yang diajarkan tersebut.

9. Ketika Hati Sedang Lembut

Pada saat iman sedang meningkat, biasanya hati menjadi terasa lembut, serasa dekat dengan Allah Swt., dan penuh kasih sayang kepada sesama. Pada saat seperti ini, hendaknya jangan lupa untuk berdoa kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala agar lebih mudah dikabulkan. Rasulullah bersabda:

"Ambillah kesempatan berdoa ketika hati sedang lemah lembut karena itu adalah rahmat."

(HR. Dailami)

10. Ketika Perang Berkecamuk

Dari Sahl bin Sa'ad Radhiyallahu'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda.

"Artinya : Ada dua doa yang tidak tertolak atau jarang tertolak ; doa ketika saat adzan dan doa ketika perang berkecamuk".

(Sunan Abu Daud, kitab Jihad 3/21 No. 2540. Sunan Baihaqi, bab Shalat Istisqa' 3/360. Hakim dalam Mustadrak 1/189. Dishahihkan Imam Nawawi dalam Al-Adzkaar hal. 341. Dan Al-Albani dalam Ta'liq Alal Misykat 1/212 No. 672).

11. Ketika Waktu Bangun Tidur Pada Malam Hari Bagi Orang Yang Sebelum Tidur Dalam Keadaan Suci dan Berdzikir Kepada Allah

Dari 'Amr bin 'Anbasah Radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam bersabda.

"Artinya :Tidaklah seorang hamba tidur dalam keadaan suci lalu terbangun pada malam hari kemudian memohon sesuatu tentang urusan dunia atau akhirat melainkan Allah akan mengabulkannya".

(Sunan Ibnu Majah, bab Doa 2/352 No. 3924. Dishahihkan oleh Al-Mundziri 1/371 No. 595)

Terbangun tanpa sengaja pada malam hari (An-Nihayah fi Gharibil Hadits 1/190) Yang dimaksudkan dengan "ta'ara minal lail" terbangun dari tidur pada malam hari.

12. Ketika Ajal Tiba

Dari Ummu Salamah bahwa Rasulullah'alaihi wasallam mendatangi rumah Abu Salamah (pada hari wafatnya), dan beliau mendapati kedua mata Abu Salamah terbuka lalu beliau'alaihi wasallam memejamkannya kemudian bersabda.

"Artinya : Sesungguhnya tatkala ruh dicabut, maka pandangan mata akan mengikutinya'. Semua keluarga histeria. Baginda 'alaihiwasallam bersabda : Janganlah kalian berdoa untuk diri kalian kecuali kebaikan, karena para malaikat mengamini apa yang kamu ucapkan".

(Shahih Muslim, kitab Janaiz 3/38)

13. Pada hari Arafah

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Sebaik-baik doa adalah doa pada hari Arafah."

(HR. At-Tirmidzi dan Al-Baihaqy)

14. Ketika Minum Air Zam Zam

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

"Khasiat Air Zam-zam itu sesuai niat peminumnya" (HR. Ibnu Majah, 2/1018. Dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibni Majah, 2502)

15. Ketika Dalam Perjalanan

Ketika kita sedang dalam perjalanan—sudah barang tentu bukan dalam rangka bermaksiat—jangan sampai lupa untuk menggunakan kesempatan ini untuk berdoa kepada Allah Swt. Inilah salah satu waktu yang mustajab untuk berdoa.

Rasulullah Shalallahu'alaihi Wa Sallam bersabda:

"Tiga macam doa dikabulkan tanpa diragukan lagi, yaitu doa orang yang dizhalimi, doa kedua orang tua, dan doa seorang musafir (yang berpergian untuk maksud dan tujuan baik)."

(HR. Ahmad dan Abu Daud)


Setelah mengetahui waktu-waktu yang paling dianjurkan untuk berdoa seharusnya menjadi tambah semangat beribadah dan berdoa. Harus diingat, jangan pernah putus asa pada pertolongan Allah. Sesungguhnya pertolongan Allah sangat dekat, bagaimana kitanya mau mendekat atau tidak.

"....Sesungguhnya doa bermanfaat bagi sesuatu yang terjadi dan masih belum terjadi. Dan tidak ada yang dapat menolak takdir kecuali doa, dan berpeganganlah, wahai hamba Allah pada doa."

(HR. At-Tarmizi & Al-Hakim)

Wallahu a'lam







Sumber :
• http://yasmin-zulaikha.blogspot.com/2011/08/waktu-waktu-mustajab-nya-doa-kita.html
• http://buletin.muslim.or.id/tazkiyatun-nufus/berdoa-di-waktu-waktu-mustajab
• http://m.kompasiana.com/post/agama/2010/09/20/waktu-mustajab-untuk-berdoa/
• http://m.eramuslim.com/ustadz-menjawab/adab-ber-doa.htm

Thursday, January 26, 2012

8 Alasan Agar Semangat Berpuasa

Posted by Tia Roozanty at 3:10 AM 0 comments
Terkadang kita dalam melakukan sesuatu harus menset otak kita dengan alasan-alasan dan motivasi agar kita lebih semangat melakukannya. Seperti saat bekerja, berolahraga, diet, dan lainnya. Begitu juga dalam beribadah yang lebih banyak godaannya. Kita harus memotivasi diri dengan alasan yang tepat agar lebih bersemangat. Termasuk dalam berpuasa, lapar dan haus. Semoga ulasan berikut ini dapat memotivasi kita untuk lebih bersemangat berpuasa.

Puasa atau dalam bahasa Arab "Saum" secara bahasa artinya menahan atau mencegah. Menurut syariat agama Islam artinya menahan diri dari makan dan minum serta segala perbuatan yang bisa membatalkan puasa, mulai dari terbit fajar (adzan subuh) hingga terbenam matahari dengan syarat tertentu untuk meningkatkan ketakwaan seorang muslim. Berpuasa (saum) merupakan salah satu dari lima rukun islam. Perintah puasa difirmankan oleh Allah pada Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 183,

" Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas umat-umat sebelum kamu, agar kamu bertakwa."

Imam Abu Hamid al-Ghazali dalam bukunya Ihya al-'Ulumuddin telah membagi puasa ke dalam 3 tingkatan, yaitu :

• Puasanya orang awam (shaum al-'umum)
Menahan diri dari perkara-perkara yang membatalkan puasa seperti makan dan minum.

• Puasanya orang khusus (shaum al-khusus)
Selain menahan diri dari perkara yang membatalkan puasa juga turut berpuasa dari panca indera dan seluruh badan dari segala bentuk dosa.

• Puasanya orang istimewa, super khusus (shaum khusus al-khusus)
Selain menahan diri dari perkara yang membatalkan puasa dan juga berpuasa dari panca indera dan seluruh badan dari segala bentuk dosa juga turut berpuasa 'hati nurani', yaitu tidak memikirkan soal keduniaan.

Termasuk jenis yang mana yah puasa kita....

Dalam kitabullah yang mulia, memberikan anjuran untuk puasa sebagai sarana untuk Taqorrub (mendekatkan diri) kepada Allah Azza wa Jalla dan menjelaskan keutamaan-keutamaannya, seperti firman Allah Ta'ala yang artinya :

"Sesungguhnya kaum muslimin dan muslimat, kaum mukminin dan mukminat, kaum pria yang patuh dan kaum wanita yang patuh, dan kaum pria serta wanita yang benar (imannya) dan kaum pria serta wanita yang sabar (ketaatannya), dan kaum pria serta wanita yang khusyu', dan kaum priaa serta wanitaa yang bersedekah, dan kaum pria serta wanita yang berpuasa, dan kaum pria dan wanita yang menjaga kehormatannya (syahwat birahinya), dan kaum pria serta kaum wanita yang banyak mengingat Allah. Allah menyediakan bagi mereka ampunan dan pahala yang besar."
(Surat Al-Ahzab : 35)

Allah Subhanahu wa Ta'ala telah mengkhususkan satu pintu syurga untuk orang yang puasa, puasa bisa memutuskan jiwa dari syahwatnya, menahannya dari kebiasaan-kebiasaan yang jelek, hingga jadilah jiwa yang tenang. Inilah pahala yang besar, keutamaan yang agung, dijelaskan secara rinci dalam hadits-hadits shahih. Sehingga dengan berbagai keutamaan serta manfaat puasa dapat menciptakan pribadi seorang muslim yang baik.

Berikut ini adalah alasan agar semangat berpuasa berdasarkan keutamaan berpuasa :

1. Puasa sebagai perisai (pelindung)

Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam menyuruh orang yang sudah kuat syahwatnya dan belum mampu untuk menikah agar berpuasa, menjadikan nya sebagai wijaa (pemutus syahwat jiwa) bagi syahwat ini, karena puasa menahan kuatnya anggota badan hingga bisa terkontrol, menenangkan seluruh anggota badan, serta seluruh kekuatan (yang jelek) ditahan hingga bisa taat dan dibelenggu dengan belenggu puasa. Telah jelas bahwa puasa memiliki pengaruh yang menakjubkan dalam menjaga anggota badan yang dhahir dan kekuatan batin.

Oleh karena itu Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam bersabda (yang artinya) :

"Wahai sekalian para pemuda, barang siapa diantara kalian telah mampu baah (menikah dengan berbagai macam persiapannya), hendaknya menikah, karena menikah lebih menundukan pandangan, dan lebih menjaga kehormatan. Barang siapa yang belum mampu menikah, hendaklah puasa karena puasa merupakan wijaa (pemutus syahwat) baginya."
{HR. Bukhori (4/106) dan Muslim (no. 1400) dari Ibnu Mas'ud}

Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam telah menjelaskan bahwa syurga diliputi dengan perkara-perkara yang tidak disenangi, dan neraka diliputi dengan syahwat, jika telah jelas demikian wahai muslim, sesungguhnya puasa itu menghancurkan syahwat, mematahkan tajamnya syahwat yang bisa mendekatkan seorang hamba ke neraka. Puasa menghalangi orang yang puasa dari neraka, oleh karena itu banyak hadits yang menegaskan bahwa puasa adalah benteng dari neraka, dan perisai yang menghalangi seseorang dari neraka.

Bersabda Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam (yang artinya) :

"Tidaklah ada seorang hamba yang puasa di jalan Allah kecuali akan Allah jauhkan dia (karena puasanya) dari neraka sejauh tujuh puluh musim ". {HR. Bukhori (6/35), Muslim (1153) dari Abu Sa'id AlKhudri, ini adalah lafadh Muslim. Sabda Rasulullah Sholallahu 'alaihi wasalam : 70 musim yakni : perjalanan 70 tahun demikian dikatakan dalam "Fathul Bari" (6/48)}

"Puasa adalah perisai, seorang hamba berperisai dengannya dari api neraka".
{HR. Ahmad (3/241), (3/296) dari Jabir, Ahmad (4/22) dari Utsman bin Abil 'Ash. Ini adalah hadits yang shohih}.

"Barang siapa yang berpuasa sehari di jalan Allah maka diantara dia dan neraka ada parit yang luasnya seperti antara langit dengan bumi".
{Dikeluarkan oleh Tirmidzi (no. 1624) dari hadits Abi Umamah}

Puasa juga merupakan prisai diri dari amarah, sehingga mendidik kita untuk lebih sabar dan menjaga diri dari penyakit hati serta berkata keji.

2. Puasa membawa seorang hamba ke syurga

Siapa sih yang tidak mau masuk syurga kekal di dalamnya. Bahwa puasa menjauhkan orang yang mengamalkannya dari neraka . Jika demikian berarti mendekatkan pengamalnya ke syurga. Dari Abi Umamah radhiallahu 'anhu :

"Aku berkata : "Ya Rasulullahu Shalallahu 'alaihi wasallam tunjukkan padaku amalan yang bisa memasukanku ke syurga,
Rosulullah menjawab: "Atasmu puasa, tidak ada (amalan) yang semisal dengan itu."
{HR Nasa'I (4/165), Ibnu Hibban (hal. 232 Mawarid), Al-Hakim (1/421) sanadnya SHAHIH}

Dari Sahl bin Sa'ad radhiallihu 'anhu, dari Nabi Shalallahu 'alaihi wasallam bersabda (yang artinya) :

"Sesungguhnya dalam syurga ada satu pintu yang disebut dngan Rayyan, orang-orang yang puasa akan masuk di hari kiamat nanti dari pintu tersebut, tidak ada orang selain mereka yang memasukinya. jika telah masuk orang terakhir yang puasa ditutuplah pintu tersebut, barang siapa yang masuk akan minum, dan barang siapa yang minum tidak akan merasa haus untuk selamanya."
{HR. Bukhori (4/95). Muslim (1152) tambahan akhir dalam riwayat Ibnu Khuzhaimah dalam kitab Shahihnya (1903)}

3. Puasa menguatkan jiwa

Dalam hidup tak sedikit kita dapati manusia yang didominasi oleh hawa nafsunya, lalu manusia itu menuruti apapun yang menjadi keinginannya meskipun keinginan itu merupakan sesuatu yang bathil dan mengganggu serta merugikan orang lain. Karenanya, di dalam Islam ada perintah untuk memerangi hawa nafsu dalam arti berusaha untuk bisa mengendalikannya, bukan membunuh nafsu yang
membuat kita tidak mempunyai keinginan terhadap sesuatu yang bersifat duniawi.

Manakala dalam peperangan ini manusia mengalami kekalahan, malapetaka besar akan terjadi karena manusia yang kalah dalam perang melawan hawa nafsu itu akan mengalihkan penuhanan dari kepada Allah SWT sebagai Tuhan yang benar kepada hawa nafsu yang cenderung mengarahkan manusia pada kesesatan. Allah memerintahkan kita memperhatikan masalah ini dalam firman-Nya artinya:

"Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya. Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran."
(QS. Al-Jasiyah : 23)

4. Puasa memberikan syafaat di akhirat nanti

Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam bersabda (yang artinya) :

"Puasa dan Al-Qur'an akan memberikan syafaat kepada hamba di hari kiamat, puasa akan berkata : Wahai Rabbku, aku menghalanginya dari makan dan syahwat, berilah dia syafaat karenaku,
Al-Qur'an pun berkata : Aku telah menghalanginya dari tidur di malam hari, berilah dia syafaat. Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam bersabda : "maka keduanya memberi syafaat." "
{Diriwayatkan oleh Ahmad (no.6626), Hakim (1/554), Abu Nu'aim (8/161) dari jalan Huyyay bin Abdullah, dari Abdurrahman Al-Hubuli, dari Abdullah bin Amr. Dan sanadnya HASAN}

5. Puasa mendidik kemauan

Puasa mendidik seseorang untuk memiliki kemauan yang sungguh-sungguh dalam kebaikan, meskipun untuk melaksanakan kebaikan itu terhalang oleh berbagai kendala. Puasa yang baik akan membuat seseorang terus mempertahankan keinginannya yang baik, meskipun peluang untuk menyimpang begitu besar. Karena itu, Rasulullah Saw menyatakan: Puasa itu setengah dari kesabaran.

Dalam kaitan ini, maka puasa akan membuat kekuatan rohani seorang muslim semakin prima. Kekuatan rohani yang prima akan membuat seseorang tidak akan lupa diri meskipun telah mencapai keberhasilan atau kenikmatan duniawi yang sangat besar, dan kekuatan rohani juga akan membuat seorang muslim tidak akan berputus asa meskipun penderitaan yang dialami sangat sulit.

6. Puasa menyehatkan badan

Puasa juga mempunyai peranan dalam kesehatan. Tidak hanya Rosulullah yang telah mengatakan, para pakar kesehatan pun membuktikannya. Seperti halnya mesin, tubuh juga butuh istirahat, dalam hal ini sistem pencernaan yang ternyata membutuhkan energi tinggi saat mencerna. Dan dengan berpuasa membuat sistem ini lebih maksimal bekerja. InsyaAllah dalam entry blog yang berikutnya akan diulas yah....

7. Mensyukuri kenikmatan yang Allah berikan

Merenungi setiap nikmat yang Allah berikan dengan rasa lapar dan haus. Betapa kala puasa seteguk air putih begitu nikmat, begitu dinanti. Menyadarkan diri atas semua karunia Allah yang lebih dari cukup di bandingkan orang-orang yang kekurangan di bawah kita. Dan dengan berpuasa kita akan sadar kalau lantunan adzan maghrib begitu indah....iya kaaan...

8. Puasa memberikan dua kegembiraan dan pahala tak terhitung

Dari Abi Hurairah radhiallahu 'anhu : Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam bersabda :

"Semua amalan bani Adam untuknya kecuali puasa (pahalanya tak terbatas), karena puasa itu untuk Aku dan Aku akan membalasnya, puasa adalah perisai, jika salah seorang kalian sedang puasa janganlah berka ta keji dan berteriak-teriak, jika ada orang yang mencercanya atau memeranginya, ucapkankanlah : "Aku orang yang sedang puasa (ucapan dengan lisan)" ,
demi Dzat yang jiwa Muhammad di tangan Nya sesungguhnya bau mulut orang yang puasa lebih wangi di sisi Allah daripada bau minyak misk , orang yang puasa punya dua kegembiraan, jika berbuka gembira, jika bertemu dengan Rabbnya gembira karena puasa yang dia lakukan."
{HR. Bukhri (4/88), Muslim (no. 1151) ini lafadz Bukhori}

Tapi memang benar jika puasa hati merasa bahagia. Apalagi jika kita mampu melawan nafsu kita dan meraih kesabaran. Sabar dari syahwat perut dan kemaluan, sabar dari amarah, sabar dari keserakahan (berlebih-lebihan). Rasanya menurut saya seperti sedang memenangkan sesuatu. Dan hadiahnya cukup teh kotak dingin saat berbuka....mmmm....nikmat!! Begitu ceritaku.

Wahai Dzat Maha Pemberi Nikmat, mudahkanlah kami menjalankan ibadah-ibadah puasa. Agar puasa dapat mendidik kami menjadi seorang muslim yang bertakwa cemerlang dan berkepribadian mulia. Yuuk kita raih nikmatnya berpuasa....

".....Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahuinya"
(Surat Al-Baqoroh : 184)


Wallahu a'lam bishowab








Sumber :
• SHIFATI PUASAIN NABIYII SHALLALLAHU 'ALAIHI WA SALLAM FII RAMADHAN Oleh : Syaikh Salim bin 'Ied Al-Hilaaly Syaikh Ali Hasan Ali Abdul Hamid (Sifat Puasa Nabi) .pdf
• http://members.multimania.nl/adangmustopa/newpage3.html
• http://id.m.wikipedia.org/wiki/Saum

Tuesday, January 10, 2012

Be An Orange

Posted by Tia Roozanty at 5:23 AM 4 comments
Awalnya pada suatu foto salah satu page islami di facebook berjudul "be an orange". Penasaran ku buka ternyata bertuliskan hadist berbahasa inggris. Ku terjemahkan lalu ku cari di google. Apa maksud dari hadist tersebut, yang menurutku unik karena Rosulullah membuat suatu perumpamaan. Tambah penasaran dan tidak puas dengan yang ku temukan akhirnya ku bertanya pada seorang ustadz yang ku kenal di facebook.

Alhamdulillah inilah hasil rangkumannya, yuk dibaca...

Allah SWT telah memberikan banyak kekhususan kepada Rasulullah SAW, diantaranya adalah beliau telah diberikan jawami' al-Kalim, terkadang keluar dari mulutnya yang mulia kalimat singkat namum Allah SWT berikan pengertian yang amat luas dan penuh makna. Atau ada banyak hadits dalam bentuk perumpamaan-perumpamaan, namun memiliki pengertian yang amat dalam dan luas pula maknanya.

Hadist yang diriwayatkan oleh Anas Radhiallahu 'anhu ini menerangkan keutamaan membaca Al-Quran. Bersabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam,

"Perumpamaan orang beriman (mukmin) yang membaca Al-Qur'an seperti perumpamaan buah utrujah (sejenis jeruk) yaitu buah yang berbau harum dan enak rasanya.
Perumpamaan orang beriman (mukmin) yang tidak membaca Al-Qur'an adalah seperti perumpamaan buah tamar (kurma kering), rasanya manis tetapi tidak ada baunya.
Perumpamaan orang munafik yang membaca Al-Qur'an adalah seperti tumbuhan raihanah (kemangi) yang berbau harum tapi pahit rasanya.
Perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Al-Qur'an adalah seperti buah hanzhala (timun pahit) yaitu buah yang pahit rasanya dan tidak ada baunya.
Perumpamaan mendampingi orang yang salih adalah seperti mendampingi pemilik minyak wangi, sekalipun engkau tidak terkena minyaknya engkau tetap mendapat harumnya. Perumpamaan berdamping dengan teman yang jahat adalah seperti mendampingi orang yang menggunakan ububan (alat menghembus api), jika engkau tidak terkena hitamnya (daripada percikan api), namun engkau tetap terkena asapnya."

(HR. Abu Daud)


Dalam hadits di atas ini Rasulullah menggambarkan empat jenis manusia dalam penyikapannya terhadap Al-Quran :

Pertama : Mukmin yang selalu membaca Al-Quran

Iman diidentikkan dengan rasa, sedangkan membaca Al-Quran diidentikkan dengan aroma, karena iman lebih melekat kepada seorang Mukmin dari Al-Quran, dimana iman dapat dihasilkan tanpa membaca Al-Quran. Demikian pula rasa biasanya lebih melekat kepada sesuatu dari aroma, terkadang aromanya hilang dan rasanya tetap ada.

Jenis pertama ini akan memiliki aroma yang indah lahir dan batin. Dia diumpamakan bagaikan buah utrujah, rasanya enak dan aromanya wangi semerbak. Seorang yang selalu membaca Al-Quran pasti dia akan merasakan ketenangan, kenyamanan jiwa dan hari-harinya akan selalu menyenangkan. Demikian pula orang yang berada di dekatnya, akan merasakan kenikmatan akan keindahan bacaan orang mukmin tersebut.

Apalagi kalau dia juga ikut mendengarkannya dengan penuh kekhusyu'an, maka dia akan mendapatkan rahmat Allah SWT. Rasulullah pun berdoa agar Al-Quran dijadikan untuk sebagai penyejuk hatinya (rabi'al qalb). Al-Quran pun pada hari kiamat kelak akan memberikan syafa'at kepada orang gemar membacanya.

Diantara hikmah dari dikhususkannya buah utrujah yang memiliki aroma yang enak dan nikmat rasanya dari buah lainnya dari perumpamaan di atas adalah karena kulitnya saja bisa dijadikan obat dan dari bijinya dapat dikelurkan minyak yang memiliki banyak kasiat.

Kedua : Mukmin yang tidak membaca Al-Quran

Orang Mukmin yang tidak suka membaca Al-Quran maka pada hakikatnya dia telah kehilangan aroma lahir ini. Dia telah kehilangan kenikmatan yang begitu besar. Dia diumpamakan bagaikan buah korma, rasanya enak namun tidak memiliki wangi yang semerbak. Jadi ada sesuatu yang kurang pada diri mukmin tersebut. Bagaimana dia dapat merasakan kenikmatan iman namun Al-Quran jarang dia sentuh atau bisa jadi sama sakali tidak dibacanya, atau dia ingin dijadikan seperti orang yang dibacakan Al-Quran setelah ajal menjemput, seperti kebiasaan sebagian kaum Muslimin yang membacakan Al-Quran kepada orang yang sudah mati?

Ketiga : Munafik yang membaca Al-Quran

Orang munafik yang hakiki adalah orang yang menampakkan keimanan dan menyembunyikan kekafiran. Ada beberapa ciri orang munafik, diantaranya apabila dia berbicara dia berdusta, bila dia berjanji dia ingkari dan apabila dia diberi amanah dia menyalahinya. Apabila ada orang memiliki sifat tersebut dan dalam hatinya dia mengingkari keimanannya kepada Allah SWT maka dia akan termasuk orang munafik yang akan ditempatkan di neraka yang paling bawah (fiddarkil asfali minannar) dan kekal di dalamnya.

Orang munafik dan fasik walaupun membaca Al-
Quran namun mereka tidak dapat mengambil manfaat
darinya, karena mereka orang yg paling jauh dari amalan dan mereka biasanya membaca Al-Quran karena ada sebab selain bertaqarrub dan mengambil manfaatnya.

Orang munafik ini walaupun dia terus berusaha ingin menampakkan keimannya di hadapan manusia maka akan bisa terlihat dari sikap dia terhadap Al-Quran. Walaupun dia membaca Al-Quran tetap saja dia menyembunyikan kekafirannya, maka Rasulullah SAW mengumpamakan dia bagaikan tumbuhan raihanah, aromanya semerbak namun rasanya pahit.

Keempat : Munafik yang tidak membaca Al-Quran

Orang yg berbuat dosa/ munafik yg hanya memiliki keimanan sebatas nama saja dan agama sebatas visual/gambaran semata.

Tilawah Al-Quran baginya hanyalah sekedar amalan zhahir yang hanya lewat kerongkongannya saja tidak lebih dari itu. Jenis manusia yang keempat lebih jelek lahir dan batin. Dia diumpamakan bagaikan buah hanzhala, pahit dan buruk rasanya. Jadi hanya orang bodoh saja yang akan terpedaya oleh penampilannya.


Perumpamaan mendampingi orang yang salih adalah seperti mendampingi pemilik minyak wangi, maksudnya jika kita berteman dengan orang salih kita akan merasakan keimanannya mempengaruhi kita. Saling teringatkan dalam beribadah dan kebaikan. Bahkan walupun kita tak sebaik dia, orang lain yang mengenal kebaikannya akan menganggap kita pun sebaik dia. Itu yang dimaksud dengan sekalipun engkau tidak terkena minyaknya engkau tetap mendapat harumnya.

Perumpamaan berdamping dengan teman yang jahat adalah seperti mendampingi orang yang menggunakan ububan (alat menghembus api), maksudnya keburukan orang itu akan mempengaruhi perilaku kita menjadi tidak baik, tidak sesuai akhlak islami. Walaupun jika kita tidak mengikuti perangai buruknya, orang lain atau masyarakat yang mengetahui keburukannya bisa jadi akan menganggap kita juga buruk karena berteman dengannya. Itu yang dimaksud dengan jika engkau tidak terkena hitamnya (daripada percikan api), namun engkau tetap terkena asapnya.

Teman adalah cerminan diri kita. Jika baik teman kita maka InsyaAllah baiklah kita. Begitupula sebaliknya. Dan Al-Quran dapat jadi teman terbaik kita. Kembali ke Al-Quran maka kembali mengingat Allah, kembali mencintai Allah dan kembali dicintai Allah.

Jadi sekarang apakah diri kita termasuk seperti buah utrujah yaitu Mukmin yang suka dan pandai membaca Al-Quran dan suka mengamalkannya? atau malah termasuk tiga jenis manusia lainnya? Jangan merasa puas dengan hanya menjadi buah tamar. Karena sesungguhnya fadhilah atau keuntungan membaca Al-Quran sungguhlah banyak. Tak hanya menjadi petunjuk dan penenang hati namun akan menjadi penolong di akhirat nanti.

Dari Abu Umamah r.a, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
"Bacalah oleh kamu Al-Quran, sesungguhnya (Al-Quran) itu datang pada hari qiamat menjadi syafaat kepada pembacanya."

(HR. Muslim)

Semoga Allah menjadikan Al-Quran penerang, penyejuk hati dan penolong kita dan menjadikan lidah kita selalu basah dengan berzikir kepada Allah, Aamiin. Sudahkah membaca Al-Quran hari ini?


Wallahu a'lam bishowab







Sumber :
• Kitab Bahjatun Nazdziriin syarhi Riyadadhis
Shaalihin, Syaikh Salim bin Id Al Hilali. hal; 475. cet
Baerut
• http://knightofislam.blogspot.com/2010_09_01_archive.html
• Teman facebook ku Ust. Ahmad Zaki Al-faqir




Tuesday, December 27, 2011

Agar Pintar Bersyukur Ketahui Caranya

Posted by Tia Roozanty at 6:07 AM 0 comments
Rasulullah Sholallahu'alaihi wa Sallam bersabda:

"Adakah aku tidak senang untuk menjadi seorang hamba yang banyak bersyukurnya?"
(Muttafaq 'alaih)

Betapa besarnya kewajiban setiap manusia, yang di dalamnya termasuk pula Nabi Muhammad s.a.w. untuk meMaha Agungkan, meMaha Besarkan kepadaNya serta senantiasa mensyukuri kenikmatan-kenikmatanNya. Karena bagaimanapun juga besar dan tingginya nilai apa yang diamalkannya, masih belum memadai sekiranya dibandingkan dengan kenikmatan yang dilimpahkan oleh Nya kepada manusia tersebut.

Maka dari itu hak-hak Allah yang wajib kita penuhi sebagai imbalan karuniaNya itu, masih belum sesuai dengan amalan baik yang kita lakukan, sekalipun dalam anggapan kita sudah amat banyak sekali. Jadi lemahlah kita untuk mengimbanginya dan itulah sebabnya, maka memerlukan adanya pengampunan sekalipun tiada dosa yang dilakukan sebagaimana halnya Rasulullah Muhammad serta sekalian para nabiNya 'alaihimus shalatu wassalam.

Menyambung entri blog saya sebelumnya tentang bersyukur, saya ingin membagi ilmu tentang bagaimana cara bersyukur. Karena segala sesuatu yang jika kita tahu caranya akan lebih mudah menjalankannya. Termasuk dalam hal ibadah.

Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa cara bersyukur kepada ALLAH SWT terdiri dari empat komponen.

1. Syukur dengan Hati

Syukur dengan hati dilakukan dengan menyadari sepenuhnya bahwa nikmat yang kita peroleh, baik besar, kecil, banyak maupun sedikit semata-mata karena anugerah dan kemurahan Allaah. Allaah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,


"Dan Apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allaah-lah (datangnya), dan apabila kamu ditimpa kemudharatan, maka hanya kepada Nya-lah kamu meminta pertolongan."
(QS. An-Nahl : 53)

Syukur dengan hati dapat mengantar seseorang untuk menerima anugerah dengan penuh kerelaan tanpa menggerutu dan keberatan, betapa pun kecilnya nikmat tersebut. Syukur ini akan melahirkan betapa besarnya kemurahan dan kasih sayang Allaah sehingga terucap kalimat TSANA' (pujian) kepada-Nya.

2. Syukur dengan Lisan

Ketika hati seseorang sangat yakin bahwa segala nikmat yang ia peroleh bersumber dari Allaah, spontan ia akan mengucapkan "Alhamdulillah" (segala puji bagi Allaah). Karenanya, apabila ia memperoleh nikmat dari seseorang, lisannya tetap memuji Allaah. Sebab ia yakin dan sadar bahwa orang tersebut hanyalah perantara yang Allaah kehendaki untuk "menyampaikan" nikmat itu kepadanya.

Al pada kalimat Alhamdulillah berfungsi sebagai ISTIGHRAQ yang mengandung arti keseluruhan. Sehingga kata alhamdulillah mengandung arti bahwa yang paling berhak menerima pujian adalah Allah SWT, bahkan seluruh pujian harus tertuju dan bermuara kepada-Nya.

Oleh karena itu, kita harus mengembalikan segala pujian kepada Allaah. Pada saat kita memuji seseorang karena kebaikannya, hakikat pujian tersebut harus ditujukan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Sebab, Allah adalah Pemilik Segala Kebaikan.

Dalam sebuah hadis, Rasulullah bersabda,

"Barangsiapa mengucapkan subhana Allah, maka baginya 10 kebaikan. Barangsiapa membaca la ilaha illa Allah, maka baginya 20 kebaikan. Dan, barangsiapa membaca alhamdu li Allah, maka baginya 30 kebaikan."

3. Syukur dengan Perbuatan

Syukur dengan perbuatan biasanya dilakukan anggota tubuh. Tubuh yang diberikan Allah kepada manusia sebaiknya dipergunakan untuk hal-hal yang positif. Menurut Imam al-Ghazali, ada tujuh anggota tubuh yang harus dimaksimalkan untuk bersyukur. Antara lain, mata, telinga, lidah, tangan, perut, kemaluan, dan kaki. Seluruh anggota ini diciptakan Allah sebagai nikmat-Nya untuk kita. Lidah, misalnya, hanya untuk mengeluarkan kata-kata yang baik, berzikir, dan mengungkapkan nikmat yang kita rasakan.

Syukur dengan perbuatan mengandung arti juga bahwa segala nikmat dan kebaikan yang kita terima harus dipergunakan di jalan yang diridhoi-Nya. Misalnya untuk beribadah kepada Allaah, membantu orang lain dari kesulitan, dan perbuatan baik lainnya. Nikmat Allaah harus kita pergunakan secara proporsional dan tidak berlebihan untuk berbuat kebaikan.

Rasulullah saw menjelaskan bahwa Allaah sangat senang melihat nikmat yang diberikan kepada hamba-Nya itu dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Rasulullah saw bersabda,

"Sesungguhnya Allaah senang melihat atsar (bekas/wujud) nikmat-Nya pada hamba-Nya."
{HR. Tirmidzi dari Abdullah bin Amr}

Maksud dari hadits di atas adalah bahwa Allaah menyukai hamba yang menampakkan dan mengakui segala nikmat yang dianugerahkan kepadanya.

Misalnya, orang yang kaya hendaknya menampakkan hartanya untuk zakat, sedekah dan sejenisnya. Orang yang berilmu menampakkan ilmunya dengan mengajarkannya kepada sesama manusia, memberi nasihat dsb. Maksud menampakkan di sini bukanlah pamer, namun sebagai wujud syukur yang didasaari karena-NYA. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,


"Dan terhadap nikmat Tuhanmu, hendaklah engkau nyatakan (dengan bersyukur)."
(QS. Adh-Dhuha : 11)

4. Menjaga Nikmat dari Kerusakan

Ketika nikmat dan karunia didapatkan, cobalah untuk dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Setelah itu, usahakan untuk menjaga nikmat itu dari kerusakan. Misalnya, ketika kita dianugerahi nikmat kesehatan, kewajiban kita adalah menjaga tubuh untuk tetap sehat dan bugar agar terhindar dari sakit.

Demikian pula dengan halnya dengan nikmat iman dan Islam. Kita wajib menjaganya dari "kepunahan" yang disebabkan pengingkaran, pemurtadan dan lemahnya iman. Untuk itu, kita harus senantiasa memupuk iman dan Islam kita dengan sholat, membaca Al-Qur'an, menghadiri majelis-majelis taklim, berdzikir dan berdoa. Kita pun harus membentengi diri dari perbuatan yang merusak iman seperti munafik, ingkar dan kemungkaran. Intinya setiap nikmat yang Allaah berikan harus dijaga dengan sebaik-baiknya.

Allah Subhanahu wa Ta'ala menjanjikan akan menambah nikmat jika kita pandai bersyukur, seperti pada firmannya berikut ini,


"Dan (ingatlah juga) tatkala Tuhanmu memaklumkan:
Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-KU), sungguh adzab-KU sangat pedih."
(QS. Ibrahim: 7)


Tambahan, bersyukur dan berterima kasih bukan hanya kepada Allaah, tetapi kepada orang tua dan orang yang memberi sesuatu kepada kita. Jadi memang bersyukur adalah suatu bentuk kesopanan, sopan terhadap Allah yang Maha Pemberi, sopan kepada kedua orang tua dan sopan kepada orang lain.

Allaah Ta'ala berfirman,

"Dan Kami - Allah - berwasiat kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orangtuanya. Ibunya telah mengandungnya dengan menderita kelemahan di atas kelemahan - yakni terus -menerus - dan ceraian susuannya dalam dua tahun. Hendaknya engkau bersyukur kepadaKu dan kepada kedua orangtuamu."
(Luqman: 14)

Dan dalam sebuah Hadis lain di sebutkan:

"Tidak bersyukur kepada Allah orang yang enggan bersyukur kepada sesama manusia"

Semoga dengan mengetahui cara bersyukur membuat kita lebih mudah mengungkapkan rasa syukur kita pada Allah Subhanahu wa Ta'ala, dan terhindar dari kufur nikmat.

Wallahu a'lam






Sumber :
• http://dheryudi.wordpress.com/2009/10/12/cara-bersyukur-kepada-allah-swt/
 

My story Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review