Musim terus berganti sejalan denyut kehidupan
Hitam putih awan berarak bergantian menghiasinya
Hujan lalu terik, matahari kemudian bulannya
Bintang diujung semesta berselimut kesendirian
Setiap detik mulai memperhitungkan kemungkinan
Hari menjadi sangat cepat terlewati tanpa kesan
Hembusan nafas menjadi berat terseret waktu
Ingin rasanya berhenti lalu teriakkan bosanku
Ada apa dengan hati?
Selalu saja mengajak lara mengitari kembali
Kisah yang sudah terlewati dan teranggap mati
Lalu menari-nari di sudut mata dan menanarkan
Rasa yang menyakitkan yang patut diabaikan
Oh, wahai hati.... Dengarkanlah
Bisakah kau ganti lirihmu itu dan berhenti merasa
Bersalah dan gelisahmu itu sangat menyulitkan
Tak bisakah mereda ketakutanmu itu, merasa
Terpuruk semakin dalam di kubangan kelemahan
Tolonglah.... Hentikan dukamu!!
Mungkin jiwa ini tandu
Bilakah kan diam menangis
Jangan ajak diriku dalam nestapa
Ku tahu kau tak mampu membayangkannya
Ku mengerti ini sangat sulit diterka
Namun ku bertanya apakah masih ada masa
Dimana kau bisa berdamai dengan rasa
Pejamkan mata ini bila memang saatnya
Menarik mundur waktu yang merisau
Biarkan saja butir air mata itu
Mungkin memang harus jatuh membasahi
Ahh.... Begitu lemahnya kau
Tapi memang ini resahnya
Menyakitkan untuk dipendam
Meski tak mampu untuk dikisahkan
Dan ku bertanya padamu hati
Bisakah kita selesaikan ini dengan lapang
Jalan yang terjal ku akui
Tapi.... Bisakah kita selesaikan dengan baik
Ingat kembali bagaimana kau bahagia
Usaikan sudah sedih mu itu
Sebelum semua berhenti di suatu detik
Saat cermin tak lagi menangkap ekspresi itu
Oleh : Tia Nilam Roozanty 13.12.13
3 comments:
*eeaaaaaaaaa
Heheheeeee...... :p
aiihhh makan hati deh :D
Post a Comment