Labels
- Berbagi Sehat (13)
- Cerita Kalbu (12)
- Cerita Pagi (1)
- Coretan Hati (15)
- Resep Enak (1)
- Warna Dunia (14)
The Date Today
Saturday, June 16, 2012
Sebelumnya
Sebelumnya tak pernah tebersit
Rasa sejenak namun ku terbesit
Sebelumnya tak pernah terlintas
Bayangan renjana yang terlantas
Merasuki prioritas.....
Sebelum ini ingkar melingkari diri
Nurani yakinkan jalani sendiri
Sebelum ini hati tak hendak berlari
Sembunyi dari pertanyaan berduri
Membuatku mencari.....
Kini kau buat ku menangisi
Tentang rasa ini di satu sisi
Tak perlu ku berbagi semua kisah
Akan ada banyak kecewa bersimbah
Sekarang jangan tanyakan lagi
Tentang rasa ini aku tak mengerti
Menyelinap masuk tak terkendali
Jangan paksa hati lebih baik pergi
Tak akan sama jadinya dengan sebelumnya
Tak mudah kembali membersihkannya
Hanya tak ingin terlena yang bukan waktunya
Nanti pun akan ku raih kehadirannnya
Oleh: Tia Nilam Roozanty (16.06.02)
"Masih percaya tentang datangnya ......"
Categories
Coretan Hati
Sunday, June 10, 2012
Cara Menauhidkan Hati
Melanjutkan pokok bahasan posting yang sebelumnya. Setelah mengenal serta mengetahui makna kalimat tauhid, diri ini pun bertanya-tanya. Lantas bagaimana menauhidkan hati ini, sehingga perbuatan terlandasi oleh kalimat tauhid. Mungkin syarat-syarat kalimat tauhid dapat dijadikan cara untuk menauhidkan hati. Yuukk dicoba :)
Para ulama telah menyebutkan bahwa makna "Laa Ilaaha Illallah" ini mengandung beberapa syarat yang jika tidak terpenuhi maka dia tidak akan sempurna.
Berikut ini syarat-syarat kalimat "Laa Ilaaha Illallah" sebagai cara menauhidkan hati :
1. Memahami maknanya, maksudnya dan apa-apa yang dilarangnya serta apa-apa yang menjadi tuntutannya.
"Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Hak melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tinggalmu."
(QS. Muhammad : 19)
Pada riwayat Muslim di dalam kitab shahihnya dari Utsman radhiallahu anhu bahwa Nabi Muhammad shalallahu'alaihi wa Sallam bersabda:
"Barangsiapa yang mati dan dia mengetahui bahwa tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebanarnya kecuali Allah maka dia pasti masuk surga"
Dan banyak manusia yang mengucapkannya dengan lisannya semata namun dia tidak mengetaui apaun dari artinya, oleh karena itulah mereka terjebak di dalam kesyirikan.
"Hai manusia sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu agar kamu bertakwa.Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap,dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui ."
(QS. Al-Baqarah [2] : 21-22)
Memahami makna kalimat tauhid, baik dari sisi penafian (peniadaan) maupun dari sisi penetapan. Paham bahwa kita harus menjauhi dan meninggalkan segala macam bentuk sesembahan dan peribatadan kepada selain Allah, bara' darinya dan para pelakunya dan hanya beribadah kepada Allah semata dalam segala bentuk ibadah dalam arti yang luas, sebagaimana telah berlalu penjelasan makna ibadah dan sifatnya. Sehingga tidak terjadi kontradiksi antara amaliyah dan ucapan. Sebagaimana Orang-orang kafir quraisy jaman dahulu, mereka konsisten dengan kemusyrikannya dan mereka paham betul makna "Laa ilaaha illallah", makanya mereka ketika diseru untuk mengucapkan "Laa ilaaha illallah", mereka tidak mau dan menjawab dengan konsekwensi dari kalimat tersebut. Allah berfirman:
"Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: “Laa ilaaha illallah” (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri, Dan mereka berkata: “Apakah Sesungguhnya Kami harus meninggalkan sembahan-sembahan Kami karena seorang penyair gila? "
(QS. Ash-shaffat : 35-36)
2. Keyakinan yang menghilangkan keraguan.
Yaitu orang yang mengucapkannya harus meyakini apa-apa yang ditunjukkan oleh makna kalimat ini. Dan jika di dalam hatinya terdapat keraguan terhadap apa yang ditunjukkan oleh makna kalimat ini maka ucapannya tersebut tidak memberikan manfaat apapun baginya.
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu....."
(QS. Al-Hujurat : 15)
Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah radhiallahu anhu bahwa Nabi Muhammad Shalallahu'alaihi wa Sallam bersabda:
"Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya kecuali Allah, dan sesungguhnya aku adalah utusan Allah, maka tidaklah seorang hamba yang bertemu Allah dengan meyakini kalimat tersebut dan dirinya tidak ragu dengannya kecuali dia akan masuk surga. "
Apabila seseorang ragu-ragu dalam keimanannya, maka termasuklah dia dalam orang-orang munafik. Allah Ta'ala mengatakan kepada orang-orang munafik tersebut,
"Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keraguannya."
(QS. At Taubah : 45)
Dari Abu Hurairah r.a , Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda :
"Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah dan aku adalah utusan Allah. Seorang hamba yang bertemu Allah dengan keduanya dalam keadaan tidak ragu-ragu, Allah tidak akan menghalanginya untuk masuk surga." (HR. Muslim)
3. IKhlas yang menghapuskan kesyirikan.
Seseorang tidak mengucapkannya karena riya' atau sum'ah. Allah Ta'ala berfirman,
"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada -Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus."
(QS. Al-An'am : 5)
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari di dalam kitab shihihnya dari Abi Hurairah radhiallahu anhu bahwa Nabi Muhammad salallahu'alaihi wa salam bersabda:
"Orang yang paling bahagia dengan syafa'atku pada hari kiamat adalah orang yang mengucapkan dengan ikhlas dari dirinya"
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman,
"Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah ketaatan (baca: ibadah) yang ikhlas (bersih dari syirik)."
(QS. Az-Zumar [39] : 3)
4. Kebenaran yang menghapuskan kebohongan.
Mengucapkan kalimat dengan benar bersumber dari hatinya.
"(1) Alif laam miim (2) Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?. (3) Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta."
(QS. Al-Ankabut : 1-3)
Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim di dalam kitab shahihnya dari Mu'adz bin Jabal radhiallahu anhu bahwa Nabi Muhammad Shalallahu'alaihi wa Sallam bersabda:
"Tidak ada seorangpun yang bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah dengan ucapan yang benar-benar dari hatinya kecuali Allah mengharamkan dirinya dari api neraka"
Di dalam hadits ini disyaratkan pengucapan kalimat ini dengan sebenar-benarnya.
Untuk mendapatkan keselamatan dari api neraka tidak hanya cukup dengan mengucapkan kalimat tauhid tersebut, tetapi juga harus disertai dengan pembenaran (kejujuran) dalam hati. Maka semata-mata diucapkan tanpa disertai dengan kejujuran dalam hati, tidaklah bermanfaat.
5. Cinta yang menghapuskan kebencian.
Mencintai kalimat ini dan apa yang ditunjukkan oleh kalimat ini serta orang-orang yang berbuat dengan tuntutan kalimat ini.
"Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. "
(QS. Al-Baqarah [2] : 165)
Maksudnya adalah seseorang yang mengucapkan kalimat ini mencintai (tidak benci pada) Allah, Rasul dan agama Islam serta mencintai pula kaum muslimin yang menegakkan kalimat ini dan menahan diri dari larang-laranganNya.
Dalam ayat ini, Allah mengabarkan bahwa orang-orang mukmin sangat cinta kepada Allah. Hal ini dikarenakan mereka tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu pun dalam cinta ibadah. Sedangkan orang-orang musyrik mencintai sesembahan-sesembahan mereka sebagaimana mereka mencintai Allah. Tanda kecintaan seseorang kepada Allah adalah mendahulukan kecintaan kepada-Nya walaupun menyelisihi hawa nafsunya dan juga membenci apa yang dibenci Allah walaupun dia condong padanya. Sebagai bentuk cinta pada Allah adalah mencintai wali Allah dan Rasul-Nya serta membenci musuhnya, juga mengikuti Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam, mencocoki jalan hidupnya dan menerima petunjuknya.
6. Tunduk terhadap apa yang ditunjukkan oleh kalimat Tauhid.
Yaitu tunduk yang menghapuskan sikap meninggalkan tuntutan kalimat ini. Maka wajib bagi orang yang beriman untuk tunduk terhadap makna yang dikandung oleh kalimat baik secara lahiriyah atau bathiniyah.
"Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan"
(QS. Al-Nisa' : 125)
Kepasrahan adalah bentuk ketundukan kepada perintah Allah Subahanahu Wa Ta'ala.
Maksudnya adalah meniadakan sikap meninggalkan yaitu seorang yang mengucapkan "Laa ilaaha illallah" haruslah patuh terhadap syari'at Allah serta tunduk dan berserah diri kepada-Nya. Karena dengan inilah, seseorang akan berpegang teguh dengan kalimat "Laa ilaaha illallah". Oleh karena itu, Allah Ta'ala berfirman,
"Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh."
(QS. Luqman [31] : 22)
Yang dimaksudkan dengan "telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh" adalah telah berpegang dengan "Laa ilaaha illallah".
7. Penerimaan yang menghapuskan penolakan.
Maka wajib menerima apa yang menjadi tuntutan kalimat ini baik berupa ibadah kepada Allah Subahanahu Wa Ta'ala semata tanpa mempersekutukan Nya dengan sesuatu apapun dan meninggalkan peribadatan kepada selain Allah Subahanahu Wa Ta'ala, maka barangsiapa yang mengucapkannya namun dia tidak menerima apa yang menjadi tuntutan kalimat ini maka dia termasuk orang yang dikatakan oleh Allah Subahanahu Wa Ta'ala di dalam firman Nya,
"Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka : Laa ilaaha illallah" (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri."
(QS. Al-Shoffat : 35)
Dalam kitab shohih dari Abu Musa radhiyallahu 'anhu dari Nabi Shallallahu 'alaihi Wa Sallam, beliau bersabda,
Perumpamaan petunjuk dan ilmu yang aku bawa dari Allah adalah seperti air hujan lebat yang turun ke tanah. Di antara tanah itu ada yang subur yang dapat menyimpan air dan menumbuhkan rerumputan. Juga ada tanah yang tidak bisa menumbuhkan rumput (tanaman), namun dapat menahan air. Lalu Allah memberikan manfaat kepada manusia (melalui tanah tadi); mereka bisa meminumnya, memberikan minum (pada hewan ternaknya) dan bisa memanfaatkannya untuk bercocok tanam. Tanah lainnya yang mendapatkan hujan adalah tanah kosong, tidak dapat menahan air dan tidak bisa menumbuhkan rumput (tanaman). Itulah permisalan orang yang memahami agama Allah dan apa yang aku bawa (petunjuk dan ilmu) bermanfaat baginya yaitu dia belajar dan mengajarkannya. Permisalan lainnya adalah permisalah orang yang menolak (petunjuk dan ilmu tadi) dan tidak menerima petunjuk Allah yang aku bawa." (HR. Bukhari no. 79 dan Muslim no. 2093. Lihat juga "Syarh An Nawawi", 7/483 dan "Fathul" "Bari" , 1/130)
8. Mengingkari setiap sesembahan selain Allah Subahanahu Wa Ta'ala.
Seperti penyembahan terhadap toghut dan menetapkan ibadah hanya kepada Allah Subahanahu Wa Ta'ala semata.
"Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu, barang siapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat."
(QS. Al-Baqarah: 256)
Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Malik dari bapaknya bahwa Nabi Muhammad salallahu'alaihi wa salam bersabda,
"Barangsiapa yang mengucapkan "Laa ilaaha Illallah" dan meningkari penyembahan selain Allah maka harta dan darahnya menjadi haram dan perhitungan dirinya diserahkan kepada Allah."
InsyaAllah dengan memgetahui syarat sah nya kita mengucapkan kalimat tauhid senantiasa menauhidkan hati kita selalu. Aamiin ^•^
Wallahu a'lam
Sumber :
• Makna Kalimat Tauhid Karya: Dr. Amin bin Abdullah asy-Syaqawi-islamhouse.com | pdf
• http://rumahbelajarku.wordpress.com/2010/07/22/syarat-syarat-kalimat-tauhid/
• http://mimbartauhid.wordpress.com/2011/10/17/syarat-kalimat-tauhid-%E2%80%9Claa-ilaha-illallah%E2%80%9D/
• http://faisalchoir.blogspot.com/2011/05/keutamaan-dan-syarat-kalimat-laa-ilaha.html?m=1
Para ulama telah menyebutkan bahwa makna "Laa Ilaaha Illallah" ini mengandung beberapa syarat yang jika tidak terpenuhi maka dia tidak akan sempurna.
Berikut ini syarat-syarat kalimat "Laa Ilaaha Illallah" sebagai cara menauhidkan hati :
1. Memahami maknanya, maksudnya dan apa-apa yang dilarangnya serta apa-apa yang menjadi tuntutannya.
"Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Hak melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tinggalmu."
(QS. Muhammad : 19)
Pada riwayat Muslim di dalam kitab shahihnya dari Utsman radhiallahu anhu bahwa Nabi Muhammad shalallahu'alaihi wa Sallam bersabda:
"Barangsiapa yang mati dan dia mengetahui bahwa tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebanarnya kecuali Allah maka dia pasti masuk surga"
Dan banyak manusia yang mengucapkannya dengan lisannya semata namun dia tidak mengetaui apaun dari artinya, oleh karena itulah mereka terjebak di dalam kesyirikan.
"Hai manusia sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu agar kamu bertakwa.Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap,dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui ."
(QS. Al-Baqarah [2] : 21-22)
Memahami makna kalimat tauhid, baik dari sisi penafian (peniadaan) maupun dari sisi penetapan. Paham bahwa kita harus menjauhi dan meninggalkan segala macam bentuk sesembahan dan peribatadan kepada selain Allah, bara' darinya dan para pelakunya dan hanya beribadah kepada Allah semata dalam segala bentuk ibadah dalam arti yang luas, sebagaimana telah berlalu penjelasan makna ibadah dan sifatnya. Sehingga tidak terjadi kontradiksi antara amaliyah dan ucapan. Sebagaimana Orang-orang kafir quraisy jaman dahulu, mereka konsisten dengan kemusyrikannya dan mereka paham betul makna "Laa ilaaha illallah", makanya mereka ketika diseru untuk mengucapkan "Laa ilaaha illallah", mereka tidak mau dan menjawab dengan konsekwensi dari kalimat tersebut. Allah berfirman:
"Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: “Laa ilaaha illallah” (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri, Dan mereka berkata: “Apakah Sesungguhnya Kami harus meninggalkan sembahan-sembahan Kami karena seorang penyair gila? "
(QS. Ash-shaffat : 35-36)
2. Keyakinan yang menghilangkan keraguan.
Yaitu orang yang mengucapkannya harus meyakini apa-apa yang ditunjukkan oleh makna kalimat ini. Dan jika di dalam hatinya terdapat keraguan terhadap apa yang ditunjukkan oleh makna kalimat ini maka ucapannya tersebut tidak memberikan manfaat apapun baginya.
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu....."
(QS. Al-Hujurat : 15)
Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah radhiallahu anhu bahwa Nabi Muhammad Shalallahu'alaihi wa Sallam bersabda:
"Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya kecuali Allah, dan sesungguhnya aku adalah utusan Allah, maka tidaklah seorang hamba yang bertemu Allah dengan meyakini kalimat tersebut dan dirinya tidak ragu dengannya kecuali dia akan masuk surga. "
Apabila seseorang ragu-ragu dalam keimanannya, maka termasuklah dia dalam orang-orang munafik. Allah Ta'ala mengatakan kepada orang-orang munafik tersebut,
"Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keraguannya."
(QS. At Taubah : 45)
Dari Abu Hurairah r.a , Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda :
"Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah dan aku adalah utusan Allah. Seorang hamba yang bertemu Allah dengan keduanya dalam keadaan tidak ragu-ragu, Allah tidak akan menghalanginya untuk masuk surga." (HR. Muslim)
3. IKhlas yang menghapuskan kesyirikan.
Seseorang tidak mengucapkannya karena riya' atau sum'ah. Allah Ta'ala berfirman,
"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada -Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus."
(QS. Al-An'am : 5)
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari di dalam kitab shihihnya dari Abi Hurairah radhiallahu anhu bahwa Nabi Muhammad salallahu'alaihi wa salam bersabda:
"Orang yang paling bahagia dengan syafa'atku pada hari kiamat adalah orang yang mengucapkan dengan ikhlas dari dirinya"
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman,
"Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah ketaatan (baca: ibadah) yang ikhlas (bersih dari syirik)."
(QS. Az-Zumar [39] : 3)
4. Kebenaran yang menghapuskan kebohongan.
Mengucapkan kalimat dengan benar bersumber dari hatinya.
"(1) Alif laam miim (2) Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?. (3) Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta."
(QS. Al-Ankabut : 1-3)
Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim di dalam kitab shahihnya dari Mu'adz bin Jabal radhiallahu anhu bahwa Nabi Muhammad Shalallahu'alaihi wa Sallam bersabda:
"Tidak ada seorangpun yang bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah dengan ucapan yang benar-benar dari hatinya kecuali Allah mengharamkan dirinya dari api neraka"
Di dalam hadits ini disyaratkan pengucapan kalimat ini dengan sebenar-benarnya.
Untuk mendapatkan keselamatan dari api neraka tidak hanya cukup dengan mengucapkan kalimat tauhid tersebut, tetapi juga harus disertai dengan pembenaran (kejujuran) dalam hati. Maka semata-mata diucapkan tanpa disertai dengan kejujuran dalam hati, tidaklah bermanfaat.
5. Cinta yang menghapuskan kebencian.
Mencintai kalimat ini dan apa yang ditunjukkan oleh kalimat ini serta orang-orang yang berbuat dengan tuntutan kalimat ini.
"Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. "
(QS. Al-Baqarah [2] : 165)
Maksudnya adalah seseorang yang mengucapkan kalimat ini mencintai (tidak benci pada) Allah, Rasul dan agama Islam serta mencintai pula kaum muslimin yang menegakkan kalimat ini dan menahan diri dari larang-laranganNya.
Dalam ayat ini, Allah mengabarkan bahwa orang-orang mukmin sangat cinta kepada Allah. Hal ini dikarenakan mereka tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu pun dalam cinta ibadah. Sedangkan orang-orang musyrik mencintai sesembahan-sesembahan mereka sebagaimana mereka mencintai Allah. Tanda kecintaan seseorang kepada Allah adalah mendahulukan kecintaan kepada-Nya walaupun menyelisihi hawa nafsunya dan juga membenci apa yang dibenci Allah walaupun dia condong padanya. Sebagai bentuk cinta pada Allah adalah mencintai wali Allah dan Rasul-Nya serta membenci musuhnya, juga mengikuti Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam, mencocoki jalan hidupnya dan menerima petunjuknya.
6. Tunduk terhadap apa yang ditunjukkan oleh kalimat Tauhid.
Yaitu tunduk yang menghapuskan sikap meninggalkan tuntutan kalimat ini. Maka wajib bagi orang yang beriman untuk tunduk terhadap makna yang dikandung oleh kalimat baik secara lahiriyah atau bathiniyah.
"Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan"
(QS. Al-Nisa' : 125)
Kepasrahan adalah bentuk ketundukan kepada perintah Allah Subahanahu Wa Ta'ala.
Maksudnya adalah meniadakan sikap meninggalkan yaitu seorang yang mengucapkan "Laa ilaaha illallah" haruslah patuh terhadap syari'at Allah serta tunduk dan berserah diri kepada-Nya. Karena dengan inilah, seseorang akan berpegang teguh dengan kalimat "Laa ilaaha illallah". Oleh karena itu, Allah Ta'ala berfirman,
"Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh."
(QS. Luqman [31] : 22)
Yang dimaksudkan dengan "telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh" adalah telah berpegang dengan "Laa ilaaha illallah".
7. Penerimaan yang menghapuskan penolakan.
Maka wajib menerima apa yang menjadi tuntutan kalimat ini baik berupa ibadah kepada Allah Subahanahu Wa Ta'ala semata tanpa mempersekutukan Nya dengan sesuatu apapun dan meninggalkan peribadatan kepada selain Allah Subahanahu Wa Ta'ala, maka barangsiapa yang mengucapkannya namun dia tidak menerima apa yang menjadi tuntutan kalimat ini maka dia termasuk orang yang dikatakan oleh Allah Subahanahu Wa Ta'ala di dalam firman Nya,
"Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka : Laa ilaaha illallah" (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri."
(QS. Al-Shoffat : 35)
Dalam kitab shohih dari Abu Musa radhiyallahu 'anhu dari Nabi Shallallahu 'alaihi Wa Sallam, beliau bersabda,
Perumpamaan petunjuk dan ilmu yang aku bawa dari Allah adalah seperti air hujan lebat yang turun ke tanah. Di antara tanah itu ada yang subur yang dapat menyimpan air dan menumbuhkan rerumputan. Juga ada tanah yang tidak bisa menumbuhkan rumput (tanaman), namun dapat menahan air. Lalu Allah memberikan manfaat kepada manusia (melalui tanah tadi); mereka bisa meminumnya, memberikan minum (pada hewan ternaknya) dan bisa memanfaatkannya untuk bercocok tanam. Tanah lainnya yang mendapatkan hujan adalah tanah kosong, tidak dapat menahan air dan tidak bisa menumbuhkan rumput (tanaman). Itulah permisalan orang yang memahami agama Allah dan apa yang aku bawa (petunjuk dan ilmu) bermanfaat baginya yaitu dia belajar dan mengajarkannya. Permisalan lainnya adalah permisalah orang yang menolak (petunjuk dan ilmu tadi) dan tidak menerima petunjuk Allah yang aku bawa." (HR. Bukhari no. 79 dan Muslim no. 2093. Lihat juga "Syarh An Nawawi", 7/483 dan "Fathul" "Bari" , 1/130)
8. Mengingkari setiap sesembahan selain Allah Subahanahu Wa Ta'ala.
Seperti penyembahan terhadap toghut dan menetapkan ibadah hanya kepada Allah Subahanahu Wa Ta'ala semata.
"Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu, barang siapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat."
(QS. Al-Baqarah: 256)
Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Malik dari bapaknya bahwa Nabi Muhammad salallahu'alaihi wa salam bersabda,
"Barangsiapa yang mengucapkan "Laa ilaaha Illallah" dan meningkari penyembahan selain Allah maka harta dan darahnya menjadi haram dan perhitungan dirinya diserahkan kepada Allah."
InsyaAllah dengan memgetahui syarat sah nya kita mengucapkan kalimat tauhid senantiasa menauhidkan hati kita selalu. Aamiin ^•^
Wallahu a'lam
Sumber :
• Makna Kalimat Tauhid Karya: Dr. Amin bin Abdullah asy-Syaqawi-islamhouse.com | pdf
• http://rumahbelajarku.wordpress.com/2010/07/22/syarat-syarat-kalimat-tauhid/
• http://mimbartauhid.wordpress.com/2011/10/17/syarat-kalimat-tauhid-%E2%80%9Claa-ilaha-illallah%E2%80%9D/
• http://faisalchoir.blogspot.com/2011/05/keutamaan-dan-syarat-kalimat-laa-ilaha.html?m=1
Categories
Cerita Kalbu
Subscribe to:
Posts (Atom)