Ada beratus-ratus spesies laba-laba di dunia. Hewan-hewan kecil ini terkadang nampak sebagai ahli konstruksi yang mampu melakukan perhitungan untuk membangun sarangnya, terkadang sebagai desainer interior yang sedang membuat rencana-rencana rumit, dan di waktu yang lain sebagai ahli kimia yang sedang membuat benang yang sangat kuat dan fleksibel, racun yang mematikan, serta asam-asam pelarut, dan kadang sebagai pemburu yang menggunakan taktik-taktik yang sangat cerdik.
Jaring laba-laba terdiri dari jaring kerangka, jaring penangkap, dan jaring pengikat. Jaring kerangka berfungsi sebagai peredam beban pada mangsanya yang mungkin menabrak jaring dengan kecepatan tinggi. Jaring penangkap berfungsi untuk menangkap mangsa dengan zat lengket yang terdapat di atasnya. Sedangkan jaring pengikat berfungsi untuk mengikat itu semua. Jaring yang berbagai jenis ini bisa dikeluarkan oleh laba-laba tepat dengan fungsi dan posisinya masing-masing.
Ada tiga fungsi yang terdapat dalam pembuatan sarang laba-laba. Fungsi tersebut adalah: menangkap mangsa, meredam beban yang diakibatkannya, dan menjebaknya. Jaring-jaring penangkap tidak sepenuhnya terikat pada jaring kerangka. Hal ini berfungsi agar ketika korban semakin banyak bergerak, korban akan semakin tertempeli jaring. Selain itu, jaring-jaring ini berangsur-angsur kehilangan elastisitasnya dan semakin kaku. Hal ini menyebabkan mangsa semakin tidak berkutik.
Selain kuat, benang-benang yang membentuk jaring laba-laba juga elastik. Namun tingkat elastisitasnya pada masing-masing daerah berbeda. Elastisitas ini penting untuk alasan-alasan berikut ini:
Jika tingkat elastisitasnya lebih rendah dari yang diperlukan, serangga yang terbang menuju jaring akan terpental balik seperti menubruk sebuah pegas yang keras.
Jika tingkat elastisitasnya lebih tinggi dari yang diperlukan, serangga akan memolorkan jaring, benang-benang lengket akan menempel satu sama lain dan jaring tersebut akan kehilangan bentuknya.
Jaring laba-laba memerlukan pengurusan yang terus menerus, karena bagian spiral lengketnya bisa rusak oleh hujan atau oleh gerakan mangsa yang berusaha lolos. Lebih dari itu, debu yang menempel pada jaring dapat merusak daya lekat benang-benang spiral.
Bergantung pada letaknya, dalam waktu yang singkat – 24 jam, sebuah jaring bisa kehilangan sifat-sifat yang membuatnya mampu menangkap serangga. Karena alasan inilah, jaring dibongkar secara berkala dan dibangun kembali. Laba-laba makan dan mencerna benang-benang jaring yang dibongkarnya. Ia menggunakan asam-asam amino dari benang yang dicernanya untuk membangun jaring yang baru.
Bagian jaring yang dimakan, dan waktunya, berbeda-beda tergantung spesies laba-labanya. Laba-laba taman, misalnya, tidak pernah menyentuh kerangka jaring, tetapi hanya memakan benang jari-jari dan benang spiralnya saja. Laba-laba tropis membangun jaring-jaringnya pada malam hari dan memakannya menjelang pagi. Laba-laba di daerah panas memakan jaringnya pada malam hari dan membangun yang baru untuk keperluan siang hari, karena di daerah ini serangganya tidak sebanyak di daerah tropis. Karena alasan inilah jaringnya harus tetap terpasang disepanjang siang.
Laba-laba membuat jaringnya sesuai dengan ukuran mahluk-mahluk yang hendak ditangkapnya. Laba-laba Amerika Selatan, misalnya, membuat jaring dengan bukaan sempit untuk memudahkan penangkapan semut putih yang keluar mencari sarang baru di bulan September. Jika ingin berburu kupu-kupu besar, laba-laba ini memperluas bukaannya dan menambah kekuatan serta elastisitas jaringnya. Sudut jaring pun berubah bergantung jenis mangsa yang ingin ditangkap (serangga terbang, berjalan, merayap, dll). Ini untuk mengurangi kerusakan dan meningkatkan kapasitas penangkapan.
Subhanallah, meski begitu banyak karakteristik unggul yang dimilikinya, tak seorang pun dalam kesehariannya pernah memikirkan betapa khas-nya mahluk yang dinamai laba-laba ini. Karena anggapan sepele inilah tidak ada perasaan takjub terhadap keberadaan laba-laba, atau pun terhadap keberadaan mahluk kecil lainnya. Ini merupakan cara berpikir yang sungguh keliru. Karena jika kita mulai mempelajari perihal laba-laba, juga mengenai perilaku mahluk lainnya, misalnya dengan memperhatikan cara mereka berburu, berkembang-biak, dan mempertahankan diri, kita akan menjumpai karakteristik-karakteristik yang akan membuat kita terkagum-kagum.
"Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepadaNya. Tiada sesuatupun melainkan bertasbih dengan memujinya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia Maha Penyantun lagi Maha Pengampun."
(Surat Al-Isra': 44)
Wallahu a'lam
Sumber :
• MENJELAJAH DUNIA LABA-LABA | Harun Yahya.pdf
• http://infofadhl.wordpress.com/2012/03/28/ayat-allah-dalam-seekor-laba-laba/
Labels
- Berbagi Sehat (13)
- Cerita Kalbu (12)
- Cerita Pagi (1)
- Coretan Hati (15)
- Resep Enak (1)
- Warna Dunia (14)
The Date Today
Saturday, April 21, 2012
Sunday, April 8, 2012
Kenali Campak, Rubella Dan Roseola
Kalau posting kemaren karena musim manggis, posting yang ini karena musim campak. Sekitar dua minggu yang lalu keponakanku Ranu (pas di ulangtahunnya yang ke-4) terkena campak disambung sepupu kecilku Hayyun (4,5 tahun) terkena Rubella. Bahkan sebelumnya anak sahabatku Rara (2,5 tahun) juga terkena campak. Lagi musim campak kan.....
Menurut pengalaman kejadian tersebut, ternyata orangtua belum faham betul dengan gejala-gejala penyakitnya. Seperti mamahnya Hayyun yang sempat mengira Hayyun gondokkan. Atau bundanya Ranu yang mengira Ranu DBD. Parahnya ayahnya Ranu yang mengira ruam di tubuh Ranu adalah serangan Tomcat!! Hahay...plis deh...
Campak, Rubella dan Roseola mempunyai kesamaan gejala klinis yaitu deman dan ruam. Seringnya orangtua mengira ruam tersebut adalah DBD atau alergi. Apalagi jika anak sudah diimunisasi, tak mengira itu campak. Yah, lebih tepatnya memang harus segera ke dokter. Yuk, ketahui Campak, Roseola dan Rubella. Penanganan yang tepat memudahkan anak kembali sehat.
CAMPAK
Campak atau dikenal juga dengan nama Morbilli, Rubeola atau Measles ini adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus. Virus yang dimaksud disini adalah virus Morbilli dari keluarga Paramyxoviridae. Campak atau masyarakat sering menyabutnya 'tampek' , penyakit ini masih merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian pada anak-anak di negara-negara berkembang termasuk Indonesia dan insiden tertinggi usia terkena campak adalah pada anak usia 1-2 tahun.
Penyakit Campak disebabkan oleh virus Morbilli atau virus Rubeola yang terdapat dalam sekret nasofaring dan darah penderita. Penularannya melalui droplet atau percikan ludah/batuk penderita. Timbul gejala penyakit setelah 10 sampai 20 hari anak kontak dengan penderita.
Penyakit Campak mempunyai 3 stadium yaitu stadium permulaan (prodromal,kataral), stadium erupsi dan stadium penyembuhan (konvalesen).
• Stadium permulaan yang berlangsung kurang lebih, 4-5 hari, gejalanya mirip dengan influenza (flu) batuk-pilek, demam disertai radang pada selaput lendir hidung, mulut, tenggorokan, nyeri sendi/otot, sakit kepala, silau bila terkena sinar matahari (fotophobia), kadang kala ada diarenya juga. Pada mata ditemukan mata yang merah (injeksi silier). Tanda khas yang dapat ditemukan pada stadium ini adalah bercak Koplik.
• Stadium erupsi gejala demam, batuk pilek dan radang bertambah berat. Mulai timbul bercak kemerahan (ruam makulopapular) yang timbul secara berurutan mulai kepala/wajah, badan, tangan sampai kaki secara berurutan. Yang khas adalah awal timbul ruam selalu mulai dari belakang telinga, tengkuk, batas rambut dan muka. Ruam akan mencapai anggota bawah pada hari ketiga. Ruam selanjutnya akan menghilang sesuai dengan urutan timbulnya, bersamaan dengan turunnya demam selama stadium ini anak masih infeksius atau menularkan.
• Stadium konvalesen (penyembuhan) dimulai setelah ruam timbul merata, suhu badan berangsur turun dan normal kembali. Ruam akan menghilang dan menjadi bercak kehitaman (hiperpigmentasi) dengan kulit yang mengelupas seperti bersisik (ganti kulit). Hiperpigmentasi ini akan menghilang dalam jangka waktu 1 sampai 2 minggu. Yang harus diingat hiperpigmentasi adalah ciri khas pada campak.
Karena penyebab Campak adalah virus, maka disebut self-limiting disease (dapat sembuh sendiri) karena itu kesembuhan sangat tergantung pada daya tahan tubuh penderitanya. Pengobatan hanya bersifat suportif berupa :
1. Istirahat, sebaiknya pasien ditempatkan pada ruangan hangat dan lembab serta hindari paparan sinar yang kuat. Biasanya anak anda akan dirawat dalam ruang isolasi untuk mencegah penyebaran penyakit hingga empat hari setelah bercak muncul, setelah itu anak dapat beraktivitas biasa.
2. Obat penurun panas.
3. Asupan cairan yang cukup.
4. Vitamin A (100.000IU untuk usia 6 bulan- 1 tahun, dan 200.000IU untuk usia > 1 tahun). Vitamin A diberikan bila usia anak 6 bulan sampai 2 tahun saat terkena campak, atau anak dengan daya tahan tubuh rendah atau memiliki penyakit yang menghalangi penyerapan vitamin A.
Campak umum sebelum tahun 1966, maka kebanyakan orang yang lahir sebelum itu mempunyai kekebalan. Orang yang menghadapi risiko campak termasuk:
• Orang yang lahir pada atau sejak tahun 1966 yang belum pernah menderita campak dan belum pernah menerima dua dosis vaksin CampakGondong-Rubela (MMR) dari usia 12 bulan.
• Orang yang mempunyai sistem kekebalan yang lemah (mis. orang yang sedang menerima kemoterapi atau radioterapi untuk kanker atau orang yang sedang menerima dosis besar obat steroid) meskipun telah diimunisasi sepenuhnya atau menderita infeksi campak sebelumnya.
• Orang yang tidak mempunyai kekebalan dan melakukan perjalanan ke luar negeri.
Vaksin adalah cara untuk mencegah Campak. Bahkan di Indonesia, setiap anak wajib untuk imunisasi campak saat anak berusia 9 bulan. Vaksin yang diberikan dapat hanya campak saja yaitu saat usia 9 bulan (cukup sekali saja), atau gabungan campak, gondongan dan campak jerman (MMR) saat usia 12-15 bulan. Untuk vaksin MMR, akan diberikan dosis kedua saat anak berusia 4-6 tahun. Orang dewasa dapat mengulang imunisasi Campak saat masuk kuliah atau saat mau bekerja.
Virus Morbilli pada ibu hamil muda (1-2 bulan pertama) kemungkinan besar mengalami abortus (keguguran), bila terinfeksi pada kehamilan selanjutnya, maka bayi yang dilahirkan kemungkinan mengalami kelainan kongenital, berat badan lahir rendah atau lahir mati. Karenanya pada wanita yang merencanakan kehamilan dan belum pernah divaksin Campak, dianjurkan untuk divaksin Campak terlebih dulu, atau diberikan vaksin gabungan yang ada komponen campaknya seperti MMR (measles, mumps,rubella).
Campak adalah penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin. Hampir 95% anak yang mendapat vaksin tidak akan terkena campak, jadi kecil kemungkinan terkena lagi. Tetapi kadar kekebalan tubuh terhadap virus campak semakin menurun seiring bertambahnya usia, karena itu vaksin diulang lagi saat dewasa. Bila tidak diulang maka kemungkinan terkena lagi akan ada.
Komplikasi timbul pada 5-15% dari keseluruhan kasus campak. Komplikasi yang dapat muncul adalah otitis media (radang telinga), pneumonia (radang paru), laryngitis, dan eksaserbasi (munculnya infeksi dari kuman yang dorman) Tuberkulosis. Tapi yang paling ditakutkan adalah komplikasi pada system saraf anak, komplikasi tersebut berupa ensefalitis/radang otak (paling sering), sindroma Guillain-Barré,kelumpuhan, neuritis retrobulbar/radang saraf mata (jarang terjadi). Biasanya kematian timbul akibat komplikasi yang timbul.
Komplikasi ini akan lebih mudah terjadi pada anak yang memang sebelum sakit sudah mempunyai daya tahan tubuh yang lemah seperti pada anak dengan gizi buruk, tbc, penyakit keganasan (mis. leukemia) dll.
Jaga tubuh anak agar tetap bersih sehingga dia tetap merasa nyaman. Boleh saja anak dimandikan atau dilap seluruh tubuhnya. Pendapat yang mengatakan kalau anak campak tidak boleh dimandikan adalah keliru karena bila tubuhnya kotor dan berkeringat akan menimbulkan rasa lengket dan gatal luar biasa. Dorongan menggaruk kulit yang gatal bisa menimbulkan infeksi berupa bisul-bisul kecil bernanah. Gunakan sabun bayi yang tak terlalu merangsang kulit dan gosoklah kulitnya perlahan. Sehabis mandi, keringkan dan taburi dengan bedak salycyl talc.
RUBELLA
Rubella atau Campak Jerman atau Campak 3 hari adalah infeksi yang menyerang terutama kulit dan kelenjar getah bening. Campak Jerman umumnya memiliki dampak lebih ringan dan tidak fatal. Umumnya pun terjadi pada anak usia 5 sampai 14 tahun. Hal ini disebabkan oleh virus Rubella, berbeda dengan Campak yang disebabkan virus Rubeola.
Virus Rubella, sebuah togavirus yang menyelimuti dan memiliki genom RNA beruntai tunggal. Virus ini ditularkan melalui jalur pernapasan dan bereplikasi di nasofaring dan kelenjar getah bening. Virus ini ditemukan di dalam darah 5 sampai 7 hari setelah infeksi dan menyebar ke seluruh tubuh. Virus memiliki sifat teratogenik dan mampu melintasi plasenta dan menginfeksi janin yang mana menghentikan sel dari berkembang atau menghancurkan mereka.
Setelah masa inkubasi 14-21 hari, gejala utama infeksi virus Rubella adalah munculnya ruam (exanthem) pada wajah yang menyebar ke batang tubuh dan anggota badan dan biasanya memudar setelah tiga hari. Gejala lain termasuk demam ringan, pembengkakan kelenjar (limfadenopati leher rahim pasca), nyeri sendi, sakit kepala dan konjungtivitis, umumnya nafsu makan anak akan menurun karena terjadi pembengkakan pada limpa. Kelenjar bengkak atau kelenjar getah bening bisa bertahan sampai seminggu dan demam jarang naik di atas 38 °C (100,4 °F). Ruam menghilang setelah beberapa hari tanpa pewarnaan atau mengupas kulit.
Rubella dapat menyerang siapa saja dari segala usia dan umumnya merupakan penyakit ringan, jarang terjadi pada bayi atau mereka yang berusia di atas 40. Semakin tua seseorang adalah gejala yang mungkin lebih parah. Sampai dengan sepertiga anak perempuan lebih tua atau wanita mengalami nyeri sendi atau gejala jenis rematik dengan Rubella. Virus ini dikontrak melalui saluran pernafasan dan memiliki masa inkubasi 2 sampai 3 minggu. Selama periode inkubasi, pembawa virus dapat menular walau mungkin tidak menunjukkan gejalanya.
Lebih mengkhawatirkan bila Rubella menyerang wanita hamil karena virusnya bisa menular pada janin melalui plasenta. Bisa terjadi keguguran. Bila janin tertular maka anak yang dilahirkan akan mengalami Sindrom Rubella Kongenital dengan kelainan-kelainan, misalnya mata bayi mengalami katarak, tidak bisa mendengar, terjadi pengapuran di otak, juga banyak terjadi anak-anak tumbuh dengan keterbelakangan perkembangan.
Pencegahan dan penanganan penyakit Rubella adalah,
• Berikan imunisasi MMR pada usia 12 bulan dan 4 tahun. Vaksin rubella merupakan bagian dari imunisasi rutin pada masa kanak-kanak. Vaksin MMR diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4-6 tahun.
• Walau Rubella tidak seberapa menular, tetap karantina penderita supaya tidak menulari orang lain, selama selang waktu 7 hari sebelum dan sesudah ruam muncul.
• Berikan parasetamol saat demam diatas 38,5 °C dan anak gelisah atau rewel.
• Berikan banyak cairan. Bisa minuman, atau makanan berkuah banyak.
• Uapi ruangan/kamar untuk meredakan hidung tersumbat.
Pencegahan dan penanganan khusus penderita wanita usia subur/ibu hamil adalah,
• Wanita usia subur bisa menjalani pemeriksaan serologi untuk Rubella. Jika tidak memiliki antibodi, diberikan imunisasi dan baru boleh hamil 3 bulan setelah penyuntikan.
• Vaksinasi sebaiknya tidak diberikan ketika ibu sedang hamil atau kepada orang yang mengalami gangguan sistem kekebalan akibat kanker, terapi kortikosteroid maupun terapi penyinaran.
Sebaiknya setiap anak perempuan harus mendapat vaksinasi Rubella. Hal ini untuk mengantisipasi terjadinya Rubella serta melindungi janin yang dikandungnya kelak. Tak hanya pada perempuan, vaksinasi Rubella pun penting bagi kaum pria. Gunanya mencegah agar tidak terserang Rubella dan menulari sang istri yang mungkin tengah hamil nanti.
Tidak mungkin untuk mengetahui secara pasti apakah seseorang menderita penyakit Rubella karena banyak orang bahkan tidak menyadari penyakit ini. Jika berada dalam keraguan apakah terinfeksi penyakit Rubella, pemeriksaan antibodi dalam darah akan memberikan jawabannya.
ROSEOLA
Roseola sering juga dikenal dengan Sixth Deases, Eksantema Subitum dan Roseola Infantum. Merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus Herpes tipe 6 dan 7. Virus ini disebarkan melalui percikan ludah penderita. Masa inkubasi (mada dari mulai terinfeksi sampai timbulnya gejala) adalah sekitar 5-15 hari. Biasanya penyakit ini berlangsung selama 1 minggu.
Roseola Infantum sering disebut sebagai penyakit ke-6 atau sixth disease. Sebab, gejalanya yang berupa bercak kemerahan pada kulit, mirip dengan lima jenis penyakit lainnya. Urutan lima jenis penyakit yang memiliki gejala serupa itu adalah campak (penyakit ke 1), penyakit Dukes (penyakit ke 2), campak Jerman (penyakit ke 3), penyakit Scarlet (penyakit ke 4) dan eritrema infeksiosum (penyakit ke 5). Dari kelima jenis penyakit tersebut, Roseola Infantum kerap salah didiagnosa dan dianggap penyakit Campak Jerman (Rubella).
Penyakit yang ini sering diderita pada bayi dari usia 6 bulan sampai 3 tahun. Penyakit ini sempat membuat para ibu khawatir dan cemas berlebihan, karena pada awalnya (fase prodromal) anak ini mengalami panas tinggi mendadak 39,4 - 40,6 °Celsius. Bahkan, 5-15% diantara mereka mengalami kejang disebabkan demam.
Gejala-gejala Roseola Infantum adalah,
• Demam antara 39–40 °C selama 3 hari. Bila ada riwayat kejang dalam keluarga, demam dapat disertai kejang. Bayi seringkali terlihat lemah tidak bertenaga, rewel, dan cepat mengantuk.
• Ruam kemerahan muncul setelah demam turun. Ruam bisa muncul di seluruh tubuh, atau hanya pada bagian tertentu seperti sekitar wajah, leher dan dada. Bila bercak tersebut ditekan, akan terlihat bekas seperti halo (berbentuk bulat berwarna putih seperti awan). Ruam ini tidak berubah menjadi bernanah atau timbul cairan, dan tidak gatal. Mata bayi biasanya berair dan terlihat kemerahan, bibir pecah-pecah. Umumnya, bercak akan berubah warna menjadi hitam kecokelatan, hilang dengan sendirinya dalam waktu 1-2 minggu.
• Lainnya : diare, batuk, pilek dan radang tenggorokan.
• Komplikasi. Selain kejang, komplikasi lain yang mungkin timbul meski sangat jarang terjadi adalah pembengkakan kelenjar limfa di leher dan radang selaput otak (meningitis). Selain itu, dapat pula terjadi komplikasi yang berat seperti radang paru (pneumonia) yang dapat berakibat fatal.
Cara-cara menangani Roseola Infantum adalah,
• Turunkan demamnya. Beri obat penurun demam yang aman untuk anak, seperti asetominofen dan ibuprofen, baik dalam bentuk obat tetes atau sirup. Jangan gunakan aspirin, sebab bila bereaksi dengan virus dapat memicu timbulnya sindroma Reye (menyebabkan pembengkakan hati dan otak).
• Kompres si kecil. Gunakan handuk atau lap bersih yang dibasahi air hangat. Tidak disarankan mengompres dengan es batu, air dingin, atau alkohol. Juga jangan memandikan si kecil dengan air dingin.
• Beri banyak cairan, untuk mencegah dehidrasi akibat demam tinggi dan berkeringat. Cairan yang diberikan bisa berupa ASI, air putih, larutan gula garam, cairan elektrolit (oralit) atau kaldu.
• Bawa ke dokter atau rumah sakit, bila si kecil kejang, kesadarannya menurun, sesak napas, atau tidak mau makan dan minum.
• Masa inkubasi penyakit ini rata-rata 5–15 hari, dan umumnya akan sembuh dalam waktu sekitar 1 minggu.
Karena tidak ada vaksin untuk mencegah Roseola, hal terbaik yg bisa anda lakukan untuk mencegah penyebaran Roseola ini adalah dengan menjaga agar anak anda tidak terlalu dekat dengan anak yg terinfeksi. Sebaliknya, jika anak anda sedang mengalami Roseola, sebaiknya tidak terlalu dekat dengan anak lain.
Sebagian besar orang memiliki antibody terhadap Roseola saat mereka masuk usia sekolah, hal ini menyebabkan mereka tidak akan terinfeksi ulang terhadap Roseola ini (sudah imun). Namun demikian, jika salah satu keluarga terpapar virus, pastikan seluruh anggota keluarga sering mencuci tangan sampai bersih untuk menghindari penyebaran virus kepada seseorang yang belum imun terhadap penyakit ini.
Orang dewasa yang belum pernah terkena Roseola saat masih anak-anak masih dapat terinfeksi. Namun begitu, penyakit ini akan lebih ringan jika dialami oleh orang dewasa yang sehat. Yang penting diperhatikan, orang dewasa yang terinfeksi Roseola dapat menularkan virus kepada anak-anak.
* Tambahan Informasi *
Siapa yang tidak boleh mendapatkan Vaksin MMR atau Rubella?
• Mereka yang alergi terhadap antibiotik neomicyn.
• Wanita yang sedang hamil atau bertujuan hamil dalam waktu satu bulan setelah imunisasi.
• Mereka yang menderita penyakit apa saja atau menerima pengobatan yang menekan sistem kekebalan, seperti cortisone atau prednisolone.
• Siapa saja yang menderita infeksi yang akut.
Semoga informasi diatas berguna, mengetahui gejala-gejalanya agar orang tua tidak panik dan mengetahui penyebabnya agar lebih mudah dihindari. Penanganan yang tepat menjauhkan penderita dari terjadinya komplikasi yang tidak diharapkan. Semoga kita terhindar dari penyakit-penyakit tersebut. Aamiin......
Wallahu a'lam
Sumber :
• http://www.untukku.com/artikel-untukku/penyakit-campak-pada-anak-untukku
• http://www.tanyadokteranda.com/anak/2010/04/rahasia-si-campak/
• http://dhianhery.multiply.com/journal/item/70
• http://www.news-medical.net/health/What-is-Rubella-(Indonesian).aspx
• http://mommiesdaily.com/2010/03/18/campak-rubella-dan-roseola-ii/
• http://m.ayahbunda.co.id/article/mobArticleDetail.aspx?mc=001&smc=001&ar=1115
Menurut pengalaman kejadian tersebut, ternyata orangtua belum faham betul dengan gejala-gejala penyakitnya. Seperti mamahnya Hayyun yang sempat mengira Hayyun gondokkan. Atau bundanya Ranu yang mengira Ranu DBD. Parahnya ayahnya Ranu yang mengira ruam di tubuh Ranu adalah serangan Tomcat!! Hahay...plis deh...
Campak, Rubella dan Roseola mempunyai kesamaan gejala klinis yaitu deman dan ruam. Seringnya orangtua mengira ruam tersebut adalah DBD atau alergi. Apalagi jika anak sudah diimunisasi, tak mengira itu campak. Yah, lebih tepatnya memang harus segera ke dokter. Yuk, ketahui Campak, Roseola dan Rubella. Penanganan yang tepat memudahkan anak kembali sehat.
CAMPAK
Campak atau dikenal juga dengan nama Morbilli, Rubeola atau Measles ini adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus. Virus yang dimaksud disini adalah virus Morbilli dari keluarga Paramyxoviridae. Campak atau masyarakat sering menyabutnya 'tampek' , penyakit ini masih merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian pada anak-anak di negara-negara berkembang termasuk Indonesia dan insiden tertinggi usia terkena campak adalah pada anak usia 1-2 tahun.
Penyakit Campak disebabkan oleh virus Morbilli atau virus Rubeola yang terdapat dalam sekret nasofaring dan darah penderita. Penularannya melalui droplet atau percikan ludah/batuk penderita. Timbul gejala penyakit setelah 10 sampai 20 hari anak kontak dengan penderita.
Penyakit Campak mempunyai 3 stadium yaitu stadium permulaan (prodromal,kataral), stadium erupsi dan stadium penyembuhan (konvalesen).
• Stadium permulaan yang berlangsung kurang lebih, 4-5 hari, gejalanya mirip dengan influenza (flu) batuk-pilek, demam disertai radang pada selaput lendir hidung, mulut, tenggorokan, nyeri sendi/otot, sakit kepala, silau bila terkena sinar matahari (fotophobia), kadang kala ada diarenya juga. Pada mata ditemukan mata yang merah (injeksi silier). Tanda khas yang dapat ditemukan pada stadium ini adalah bercak Koplik.
• Stadium erupsi gejala demam, batuk pilek dan radang bertambah berat. Mulai timbul bercak kemerahan (ruam makulopapular) yang timbul secara berurutan mulai kepala/wajah, badan, tangan sampai kaki secara berurutan. Yang khas adalah awal timbul ruam selalu mulai dari belakang telinga, tengkuk, batas rambut dan muka. Ruam akan mencapai anggota bawah pada hari ketiga. Ruam selanjutnya akan menghilang sesuai dengan urutan timbulnya, bersamaan dengan turunnya demam selama stadium ini anak masih infeksius atau menularkan.
• Stadium konvalesen (penyembuhan) dimulai setelah ruam timbul merata, suhu badan berangsur turun dan normal kembali. Ruam akan menghilang dan menjadi bercak kehitaman (hiperpigmentasi) dengan kulit yang mengelupas seperti bersisik (ganti kulit). Hiperpigmentasi ini akan menghilang dalam jangka waktu 1 sampai 2 minggu. Yang harus diingat hiperpigmentasi adalah ciri khas pada campak.
Karena penyebab Campak adalah virus, maka disebut self-limiting disease (dapat sembuh sendiri) karena itu kesembuhan sangat tergantung pada daya tahan tubuh penderitanya. Pengobatan hanya bersifat suportif berupa :
1. Istirahat, sebaiknya pasien ditempatkan pada ruangan hangat dan lembab serta hindari paparan sinar yang kuat. Biasanya anak anda akan dirawat dalam ruang isolasi untuk mencegah penyebaran penyakit hingga empat hari setelah bercak muncul, setelah itu anak dapat beraktivitas biasa.
2. Obat penurun panas.
3. Asupan cairan yang cukup.
4. Vitamin A (100.000IU untuk usia 6 bulan- 1 tahun, dan 200.000IU untuk usia > 1 tahun). Vitamin A diberikan bila usia anak 6 bulan sampai 2 tahun saat terkena campak, atau anak dengan daya tahan tubuh rendah atau memiliki penyakit yang menghalangi penyerapan vitamin A.
Campak umum sebelum tahun 1966, maka kebanyakan orang yang lahir sebelum itu mempunyai kekebalan. Orang yang menghadapi risiko campak termasuk:
• Orang yang lahir pada atau sejak tahun 1966 yang belum pernah menderita campak dan belum pernah menerima dua dosis vaksin CampakGondong-Rubela (MMR) dari usia 12 bulan.
• Orang yang mempunyai sistem kekebalan yang lemah (mis. orang yang sedang menerima kemoterapi atau radioterapi untuk kanker atau orang yang sedang menerima dosis besar obat steroid) meskipun telah diimunisasi sepenuhnya atau menderita infeksi campak sebelumnya.
• Orang yang tidak mempunyai kekebalan dan melakukan perjalanan ke luar negeri.
Vaksin adalah cara untuk mencegah Campak. Bahkan di Indonesia, setiap anak wajib untuk imunisasi campak saat anak berusia 9 bulan. Vaksin yang diberikan dapat hanya campak saja yaitu saat usia 9 bulan (cukup sekali saja), atau gabungan campak, gondongan dan campak jerman (MMR) saat usia 12-15 bulan. Untuk vaksin MMR, akan diberikan dosis kedua saat anak berusia 4-6 tahun. Orang dewasa dapat mengulang imunisasi Campak saat masuk kuliah atau saat mau bekerja.
Virus Morbilli pada ibu hamil muda (1-2 bulan pertama) kemungkinan besar mengalami abortus (keguguran), bila terinfeksi pada kehamilan selanjutnya, maka bayi yang dilahirkan kemungkinan mengalami kelainan kongenital, berat badan lahir rendah atau lahir mati. Karenanya pada wanita yang merencanakan kehamilan dan belum pernah divaksin Campak, dianjurkan untuk divaksin Campak terlebih dulu, atau diberikan vaksin gabungan yang ada komponen campaknya seperti MMR (measles, mumps,rubella).
Campak adalah penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin. Hampir 95% anak yang mendapat vaksin tidak akan terkena campak, jadi kecil kemungkinan terkena lagi. Tetapi kadar kekebalan tubuh terhadap virus campak semakin menurun seiring bertambahnya usia, karena itu vaksin diulang lagi saat dewasa. Bila tidak diulang maka kemungkinan terkena lagi akan ada.
Komplikasi timbul pada 5-15% dari keseluruhan kasus campak. Komplikasi yang dapat muncul adalah otitis media (radang telinga), pneumonia (radang paru), laryngitis, dan eksaserbasi (munculnya infeksi dari kuman yang dorman) Tuberkulosis. Tapi yang paling ditakutkan adalah komplikasi pada system saraf anak, komplikasi tersebut berupa ensefalitis/radang otak (paling sering), sindroma Guillain-Barré,kelumpuhan, neuritis retrobulbar/radang saraf mata (jarang terjadi). Biasanya kematian timbul akibat komplikasi yang timbul.
Komplikasi ini akan lebih mudah terjadi pada anak yang memang sebelum sakit sudah mempunyai daya tahan tubuh yang lemah seperti pada anak dengan gizi buruk, tbc, penyakit keganasan (mis. leukemia) dll.
Jaga tubuh anak agar tetap bersih sehingga dia tetap merasa nyaman. Boleh saja anak dimandikan atau dilap seluruh tubuhnya. Pendapat yang mengatakan kalau anak campak tidak boleh dimandikan adalah keliru karena bila tubuhnya kotor dan berkeringat akan menimbulkan rasa lengket dan gatal luar biasa. Dorongan menggaruk kulit yang gatal bisa menimbulkan infeksi berupa bisul-bisul kecil bernanah. Gunakan sabun bayi yang tak terlalu merangsang kulit dan gosoklah kulitnya perlahan. Sehabis mandi, keringkan dan taburi dengan bedak salycyl talc.
RUBELLA
Rubella atau Campak Jerman atau Campak 3 hari adalah infeksi yang menyerang terutama kulit dan kelenjar getah bening. Campak Jerman umumnya memiliki dampak lebih ringan dan tidak fatal. Umumnya pun terjadi pada anak usia 5 sampai 14 tahun. Hal ini disebabkan oleh virus Rubella, berbeda dengan Campak yang disebabkan virus Rubeola.
Virus Rubella, sebuah togavirus yang menyelimuti dan memiliki genom RNA beruntai tunggal. Virus ini ditularkan melalui jalur pernapasan dan bereplikasi di nasofaring dan kelenjar getah bening. Virus ini ditemukan di dalam darah 5 sampai 7 hari setelah infeksi dan menyebar ke seluruh tubuh. Virus memiliki sifat teratogenik dan mampu melintasi plasenta dan menginfeksi janin yang mana menghentikan sel dari berkembang atau menghancurkan mereka.
Setelah masa inkubasi 14-21 hari, gejala utama infeksi virus Rubella adalah munculnya ruam (exanthem) pada wajah yang menyebar ke batang tubuh dan anggota badan dan biasanya memudar setelah tiga hari. Gejala lain termasuk demam ringan, pembengkakan kelenjar (limfadenopati leher rahim pasca), nyeri sendi, sakit kepala dan konjungtivitis, umumnya nafsu makan anak akan menurun karena terjadi pembengkakan pada limpa. Kelenjar bengkak atau kelenjar getah bening bisa bertahan sampai seminggu dan demam jarang naik di atas 38 °C (100,4 °F). Ruam menghilang setelah beberapa hari tanpa pewarnaan atau mengupas kulit.
Rubella dapat menyerang siapa saja dari segala usia dan umumnya merupakan penyakit ringan, jarang terjadi pada bayi atau mereka yang berusia di atas 40. Semakin tua seseorang adalah gejala yang mungkin lebih parah. Sampai dengan sepertiga anak perempuan lebih tua atau wanita mengalami nyeri sendi atau gejala jenis rematik dengan Rubella. Virus ini dikontrak melalui saluran pernafasan dan memiliki masa inkubasi 2 sampai 3 minggu. Selama periode inkubasi, pembawa virus dapat menular walau mungkin tidak menunjukkan gejalanya.
Lebih mengkhawatirkan bila Rubella menyerang wanita hamil karena virusnya bisa menular pada janin melalui plasenta. Bisa terjadi keguguran. Bila janin tertular maka anak yang dilahirkan akan mengalami Sindrom Rubella Kongenital dengan kelainan-kelainan, misalnya mata bayi mengalami katarak, tidak bisa mendengar, terjadi pengapuran di otak, juga banyak terjadi anak-anak tumbuh dengan keterbelakangan perkembangan.
Pencegahan dan penanganan penyakit Rubella adalah,
• Berikan imunisasi MMR pada usia 12 bulan dan 4 tahun. Vaksin rubella merupakan bagian dari imunisasi rutin pada masa kanak-kanak. Vaksin MMR diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4-6 tahun.
• Walau Rubella tidak seberapa menular, tetap karantina penderita supaya tidak menulari orang lain, selama selang waktu 7 hari sebelum dan sesudah ruam muncul.
• Berikan parasetamol saat demam diatas 38,5 °C dan anak gelisah atau rewel.
• Berikan banyak cairan. Bisa minuman, atau makanan berkuah banyak.
• Uapi ruangan/kamar untuk meredakan hidung tersumbat.
Pencegahan dan penanganan khusus penderita wanita usia subur/ibu hamil adalah,
• Wanita usia subur bisa menjalani pemeriksaan serologi untuk Rubella. Jika tidak memiliki antibodi, diberikan imunisasi dan baru boleh hamil 3 bulan setelah penyuntikan.
• Vaksinasi sebaiknya tidak diberikan ketika ibu sedang hamil atau kepada orang yang mengalami gangguan sistem kekebalan akibat kanker, terapi kortikosteroid maupun terapi penyinaran.
Sebaiknya setiap anak perempuan harus mendapat vaksinasi Rubella. Hal ini untuk mengantisipasi terjadinya Rubella serta melindungi janin yang dikandungnya kelak. Tak hanya pada perempuan, vaksinasi Rubella pun penting bagi kaum pria. Gunanya mencegah agar tidak terserang Rubella dan menulari sang istri yang mungkin tengah hamil nanti.
Tidak mungkin untuk mengetahui secara pasti apakah seseorang menderita penyakit Rubella karena banyak orang bahkan tidak menyadari penyakit ini. Jika berada dalam keraguan apakah terinfeksi penyakit Rubella, pemeriksaan antibodi dalam darah akan memberikan jawabannya.
ROSEOLA
Roseola sering juga dikenal dengan Sixth Deases, Eksantema Subitum dan Roseola Infantum. Merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus Herpes tipe 6 dan 7. Virus ini disebarkan melalui percikan ludah penderita. Masa inkubasi (mada dari mulai terinfeksi sampai timbulnya gejala) adalah sekitar 5-15 hari. Biasanya penyakit ini berlangsung selama 1 minggu.
Roseola Infantum sering disebut sebagai penyakit ke-6 atau sixth disease. Sebab, gejalanya yang berupa bercak kemerahan pada kulit, mirip dengan lima jenis penyakit lainnya. Urutan lima jenis penyakit yang memiliki gejala serupa itu adalah campak (penyakit ke 1), penyakit Dukes (penyakit ke 2), campak Jerman (penyakit ke 3), penyakit Scarlet (penyakit ke 4) dan eritrema infeksiosum (penyakit ke 5). Dari kelima jenis penyakit tersebut, Roseola Infantum kerap salah didiagnosa dan dianggap penyakit Campak Jerman (Rubella).
Penyakit yang ini sering diderita pada bayi dari usia 6 bulan sampai 3 tahun. Penyakit ini sempat membuat para ibu khawatir dan cemas berlebihan, karena pada awalnya (fase prodromal) anak ini mengalami panas tinggi mendadak 39,4 - 40,6 °Celsius. Bahkan, 5-15% diantara mereka mengalami kejang disebabkan demam.
Gejala-gejala Roseola Infantum adalah,
• Demam antara 39–40 °C selama 3 hari. Bila ada riwayat kejang dalam keluarga, demam dapat disertai kejang. Bayi seringkali terlihat lemah tidak bertenaga, rewel, dan cepat mengantuk.
• Ruam kemerahan muncul setelah demam turun. Ruam bisa muncul di seluruh tubuh, atau hanya pada bagian tertentu seperti sekitar wajah, leher dan dada. Bila bercak tersebut ditekan, akan terlihat bekas seperti halo (berbentuk bulat berwarna putih seperti awan). Ruam ini tidak berubah menjadi bernanah atau timbul cairan, dan tidak gatal. Mata bayi biasanya berair dan terlihat kemerahan, bibir pecah-pecah. Umumnya, bercak akan berubah warna menjadi hitam kecokelatan, hilang dengan sendirinya dalam waktu 1-2 minggu.
• Lainnya : diare, batuk, pilek dan radang tenggorokan.
• Komplikasi. Selain kejang, komplikasi lain yang mungkin timbul meski sangat jarang terjadi adalah pembengkakan kelenjar limfa di leher dan radang selaput otak (meningitis). Selain itu, dapat pula terjadi komplikasi yang berat seperti radang paru (pneumonia) yang dapat berakibat fatal.
Cara-cara menangani Roseola Infantum adalah,
• Turunkan demamnya. Beri obat penurun demam yang aman untuk anak, seperti asetominofen dan ibuprofen, baik dalam bentuk obat tetes atau sirup. Jangan gunakan aspirin, sebab bila bereaksi dengan virus dapat memicu timbulnya sindroma Reye (menyebabkan pembengkakan hati dan otak).
• Kompres si kecil. Gunakan handuk atau lap bersih yang dibasahi air hangat. Tidak disarankan mengompres dengan es batu, air dingin, atau alkohol. Juga jangan memandikan si kecil dengan air dingin.
• Beri banyak cairan, untuk mencegah dehidrasi akibat demam tinggi dan berkeringat. Cairan yang diberikan bisa berupa ASI, air putih, larutan gula garam, cairan elektrolit (oralit) atau kaldu.
• Bawa ke dokter atau rumah sakit, bila si kecil kejang, kesadarannya menurun, sesak napas, atau tidak mau makan dan minum.
• Masa inkubasi penyakit ini rata-rata 5–15 hari, dan umumnya akan sembuh dalam waktu sekitar 1 minggu.
Karena tidak ada vaksin untuk mencegah Roseola, hal terbaik yg bisa anda lakukan untuk mencegah penyebaran Roseola ini adalah dengan menjaga agar anak anda tidak terlalu dekat dengan anak yg terinfeksi. Sebaliknya, jika anak anda sedang mengalami Roseola, sebaiknya tidak terlalu dekat dengan anak lain.
Sebagian besar orang memiliki antibody terhadap Roseola saat mereka masuk usia sekolah, hal ini menyebabkan mereka tidak akan terinfeksi ulang terhadap Roseola ini (sudah imun). Namun demikian, jika salah satu keluarga terpapar virus, pastikan seluruh anggota keluarga sering mencuci tangan sampai bersih untuk menghindari penyebaran virus kepada seseorang yang belum imun terhadap penyakit ini.
Orang dewasa yang belum pernah terkena Roseola saat masih anak-anak masih dapat terinfeksi. Namun begitu, penyakit ini akan lebih ringan jika dialami oleh orang dewasa yang sehat. Yang penting diperhatikan, orang dewasa yang terinfeksi Roseola dapat menularkan virus kepada anak-anak.
* Tambahan Informasi *
Siapa yang tidak boleh mendapatkan Vaksin MMR atau Rubella?
• Mereka yang alergi terhadap antibiotik neomicyn.
• Wanita yang sedang hamil atau bertujuan hamil dalam waktu satu bulan setelah imunisasi.
• Mereka yang menderita penyakit apa saja atau menerima pengobatan yang menekan sistem kekebalan, seperti cortisone atau prednisolone.
• Siapa saja yang menderita infeksi yang akut.
Semoga informasi diatas berguna, mengetahui gejala-gejalanya agar orang tua tidak panik dan mengetahui penyebabnya agar lebih mudah dihindari. Penanganan yang tepat menjauhkan penderita dari terjadinya komplikasi yang tidak diharapkan. Semoga kita terhindar dari penyakit-penyakit tersebut. Aamiin......
Wallahu a'lam
Sumber :
• http://www.untukku.com/artikel-untukku/penyakit-campak-pada-anak-untukku
• http://www.tanyadokteranda.com/anak/2010/04/rahasia-si-campak/
• http://dhianhery.multiply.com/journal/item/70
• http://www.news-medical.net/health/What-is-Rubella-(Indonesian).aspx
• http://mommiesdaily.com/2010/03/18/campak-rubella-dan-roseola-ii/
• http://m.ayahbunda.co.id/article/mobArticleDetail.aspx?mc=001&smc=001&ar=1115
Categories
Berbagi Sehat
Subscribe to:
Posts (Atom)